9 LANGKAH MENULIS CERPEN MENARIK

9 LANGKAH MENULIS CERPEN MENARIK

 


Salah satu materi yang diberikan pada pembelajaran daring ODOP adalah membuat cerpen yang menarik. Cerpen yang menarik paling tidak memuat unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Pada season ini, materi dijelaskan oleh Coach Sabrina Lesmana. Siapa sih Mbak Sabrina ini? Nah, Penulis yang berdomisili di Menado ini suka menulis cerpen. Karya – karyanya termuat dalam beberapa media, di antaranya Tabloid Teen, Majalah Chic, Annida Online, Manado Post, majalah Femina dan media lainnya.

Dalam pembahasannya, ada 9 langkah yang bisa dilakukan untuk membuat cerpen yang menarik. Berikut penjelasannya:

1.           Riset yang memadai

Apapun tema yang akan diambil sang penulis, sesederhana apapun konflik     yang akan dimunculkan, sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu. Riset di sini meliputi setting, profesi, suasana serta aspek lainnya yang nantinya mendukung dunia buatan yang akan dihadirkan dalam cerpen.

Riset dulu atau menulis sambil riset? Yang benar adalah riset dahulu! Pastikan semua informasi yang dibutuhkan sudah didapatkan, barulah mulai menulis. Tidak pernah ada hal buruk dari kebanyakan riset. Kata Shabrina WS, seorang penulis yang telah menghasilkan banyak cerpen, puisi dan novel. Kalau kebanyakan riset dan merasa informasi yang didapatkan terlalu berlebihan, jangan memaksakan untuk menjejalkan semua info itu dalam  isi cerpen. Gunakan seperlunya aja. Sisanya mungkin akan jadi puisi, akan jadi cerpen yang lain, akan jadi dasar novel yang lain.

2.        Judul yang menarik

Judul adalah gerbang awal antara tulisan dengan pembaca. Kalau bertemu dengan orang baru, sebelum berkenalan pasti kita secara sadar ataupun tidak, akan menilai penampilan dan gestur dari orang itu. Pandangan pertama. Demikianlah judul sangat berperan penting dalam sebuah cerpen. Judul bagaimana yang bagus? Tentu saja yang mengundang rasa ingin tahu pembaca dan juga tidak pasaran.

3.        Kalimat pertama yang memikat.

Setelah menyajikan judul yang menarik, ikat pembaca dengan kalimat pertama. Menurut Mbak Sabrina, redaktur sebuah majalah remaja (kalau tidak salah majalah Gadis) pernah bilang bahwa sehari dia mendapatkan puluhan cerpen masuk ke emailnya. Dia sendiri harus membaca puluhan cerpen itu dan menentukan mana yang akan dimuat.

  Tentu saja ini pekerjaan yang sangat berat. Maka untuk meringkas. pekerjaannya, yang dia lakukan adalah menyeleksi cerpen dengan membaca kalimat pertama. Mau cerpennya sebagus apapun jika kalimat pertamanya tidak menarik maka akan langsung di eliminasi.   

Menurut Eka Kurniawan, kalimat pertama adalah etalase dari cerpen. Layaknya sebuah etalase, kalimat pertama harus benar-benat berfungsi menarik "pelanggan" untuk singgah.

Nah, bagaimana menghadirkan kalimat pertama yang menarik dalam sebuah cerpen? Menurut Mbak Sabrina adalah  yang langsung menghadirkan konflik. Dalam hal ini, penulis tidak perlu menjelaskan detail tentang latar di awal.

Contoh:

Pagi hari ini terasa indah. Angin bertiup sepoi-sepoi, burung-burung seolah bernyangi mengiringi langkah ….....

( Stop, jangan lanjutkan)

Atau membuka paragraph awal dengan mendeskripsikan tokoh terlalu banyak.

Contoh:

Aku adalah Karina, umur tujuh belas tahun. Aku adalah gadis yang duduk di kelas 2 SMA... …..

Langsung saja ke konflik cerita.

Contoh :

Hal pertama yang muncul di kepala saat laki – lakiku menamatkan sisa nyawanya adalah ……





4.        Pemilihan POV yang tepat dan konsisten.

          Point of View atau sudut pandang ( Pov) adalah orang pertama, orang kedua, orang ketiga dalam cerita. Terserah kita akan gunakan yang mana, yang penting harus konsisten. Jangan ada kebocoran POV. Misal, menggunakan orang pertama (Aku, saya) lalu tiba-tiba di pertengahan paragrag berubah jadi orang ketiga (Ia, dia)

          Tips lain dari Mbak Sabrina, apabila tidak memiliki cukup informasi atau kurang waktu untuk riset bisa ambil PoV  1 benda mati. Atau PoV 1 hewan. Misalnya kita ingin menceritakan sebuah ekspedisi kapal dari Amerika ke Indonesia. Kita tidak punya cukup info dan tidak punya waktu buat riset tentang kapal, tentang waktu perjalanan, maka buat saja Pov dari sudut pandang seekor tikus yang terjebak dalam kapal.

5.        Alur yang mengalir.

Alur yang baik didapatkan dari banyak latihan dan keberanian "membunuh" paragraf – paragraf yang tidak penting.  Bagaimana kita tahu sebuah paragraf penting atau tidak? Gampang sekali! Coba hapus paragraf itu, jiks  tidak ada pengaruh pada cerita, berarti paragraf itu tidak penting.

6.        Ending yang membekas.

Setelah membuat kalimat pertama yang memikat, kita juga bertanggungjawan untuk membuat sebuah ending yang membuat cerpen menarik dan tetap diingat bahkan setelah beberapa hari dibaca

7.        Proof reading.

Baca lagi. Baca lagi. Baca lagi. Jika memiliki teman yang dapat dipercaya untuk membantu kita untuk membaca cerpen dari  awal lebih bagus lagi. Kita butuh orang lain untuk menilai hasil karya kita

8.        Beri Jarak.

Setelah selesai menulis, lupakan minimal sehari, tulislah yang lain lagi, lalu kembali baca setelah 1 hari atau lebih. Tujuannya untuk memberi jarak kita dengan tulisan kita. Untuk dapat menilai secara objektif. Biasanya kalau habis nulis pasti merasa tulisan kita bagus banget. Dengan memberi jarak terlebih dahulu, kita bisa melihat kekurangannya di mana untuk diperbaiki.

9.        Mencarikan rumah yang pas

          Ingatlah bahwa laptop, komputer, buku, tablet hanyalah tempat kelahiran (meminjam istilah kak Septian Wijaya)  dari anak jiwa kita. Setelah lahir, kita harus mencarikan dia rumah yang pas. Membiarkan dia bertemu dengan lebih banyak orang. Menyapa lebih banyak jiwa. Caranya bisa dikirim ke media, ikutkan event menulis, ikutkan lomba, terbitkan di penerbit dsb.

Demikian beberapa langkah untuk membuat cerpen yang menarik. Menulis sendiri adalah proses, maka dalam proses itu tidak selalu langsung berhasil dengan tulisan bagus. Akan ada hal – hal yang membuat kita memahami di tengah perjalanannya. Selain cerita fiksi memberi manfaat bagi pembaca , jangan lupa fiksi juga bertujuan untuk menghibur dan menceritakan fakta dengan lebih menarik. Agar tulisan memiliki ruh sehingga lebih bermakna.

 

Referensi: Diskusi tentang cerpen bersama Sabrina Lasama pada  komunitas ODOP.