MENGENAL RAGAM PENERBITAN MIZAN
Dulu
para penulis bingung, bagaimana mereka akan menerbitkan buku. Namun sekarang
banyak sekali penerbit mayor maupun indie yang berlomba – lomba membantu para
penulis untuk menerbitkan bukunya. Tidak mustahil sekarang penulis mulai
bermunculan dan memiliki buku karya sendiri. Penulis semakin dipermudah dengan
hadirnya penerbit sekarang ini. Namun ternyata perjalanan dalam menerbitkan
buku tidak langsung instan. Akan banyak proses yang mengiringi. Termasuk salah
satunya bagaimana memilih penerbit yang sesuai dengan tujuan dan keinginan
kita.
Pada tanggal 29 Oktober 2020, saya
berkesempatan mengikuti diskusi online bersama komunitas One Day One Post (
ODOP). Dengan tema bagaimana mengenal penerbit. Pematerinya adalah Ilham
Miftahuddin, editor in chief Mizan Pustakan/Mizan Publishing untuk buku-buku
pemikiran, agama Islam, biografi, memoar, sastra, dan inspirasi. Sebelumnya, Mas
Ilham ini bekerja di Mizan sebagai digital marketing. Beliau lulusan S-1 Sastra
Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia. Selama kuliah, Mas Ilham aktif
berkegiatan di Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI Bandung. Di akhir
kuliah, Ia pun bergabung dengan media sastra yang dikelola dengan swadaya,
buruan.co dan pada tahun 2019 menjadi pemimpin redaksi sebelum akhirnya bekerja
penuh waktu untuk Mizan Pustaka.
Malam
itu Mas Ilham memaparkan tentang industri penerbitan buku. Tentu, penerbitan
buku tidak asing bagi yang memiliki minat/passion lebih terhadap buku atau
aktivitas menulis/membaca. Di sini ada 3
jenis perusahaan penerbit yang dikenal di Indonesia: (1) penerbit mayor, (2)
penerbit indie, dan (3) self publishing. Ada apa sih tentang 3 jenis penerbitan
ini? Berikut penjelasan lengkapnya :
Apa
sih penerbit mayor?
Penerbit mayor bisa dilihat dari skala produksinya yang besar, baik dalam judul buku yang diterbitkan setiap bulannya maupun oplag cetak per judul bukunya. Selain mengedapankan kualitas isi dan konsep buku, jenis penerbit ini juga mempertimbangkan potensi pasarnya. Kita mengenal beberapa penerbit mayor seperti Kompas-Gramedia Group, Mizan Group, Agro Media Group, dll.
Apa
itu penerbit indie?
Berbeda
dengan penerbit mayor, penerbit indie lebih mengedepankan aspek idealismenya
ketimbang aspek komersial dalam proses kurasi untuk menerbitkan buku. Pada
dasarnya, baik penerbit mayor maupun indie sama-sama melakukan proses kurasi
yang ketat. Hanya saja, karena penerbit indie mengelola keuangannya secara
mandiri, mereka akan lebih ketat sekaligus lebih berani karena tidak terlalu
mengedapankan aspek komersial. Maksudnya lebih berani dari segi konten.
Penerbit indie tidak akan ragu menerbitkan karya penulis yang bisa memicu
kontroversi.
Penerbit
indie juga sering salah diartikan oleh sebagian pembaca Indonesia. Mereka kerap
dianggap sama dengan self-publishing. Padahal keduanya berbeda. Hal ini tak
lepas dari strategi beberapa penerbit indie yang menawarkan jasa
self-publishing.
Lalu, apa itu Self
publishing?
Self
publishing biasanya menyediakan jasa untuk membantu penulis menerbitkan
bukunya, mulai dari proses di redaksi hingga ke percetakan. Seluruh ongkos
produksi ditanggung oleh penulisnya. Tapi, mereka belum memfasilitasi penulis
untuk mendistribusikan atau memasarkan bukunya.
Nah,
untuk menambah pengetahuan tentang penerbitan penerbit mayor mari kita berkenalan dengan Mizan Group dan Mizan
Pustaka. Mizan Group, dikenal sebagai salah satu penerbitan besar di Indonesia.
Saat ini, unit usaha Mizan Group terdiri dari penerbitan (Mizan Pustaka,
Bentang Pustaka, Noura Publishing, Expose Branding, Muffin Graphics, Pelangi
Mizan, dan Mizan Wacana), distribusi (Mizan Media Utama, Mandira Dian Semesta,
dan Mizanstore), percetakan (Mizan Grafika Sarana), dan media baru (Mizan
Productions dan Mizan Applications Publisher). Selengkapnya bisa kunjungi
mizan.com
Mizan
Publishing sendiri menerbitkan buku dengan genre fiksi dan nonfiksi, serta
berbagai macam kategori buku. 3 kategori utama, di antaranya:
1.
Buku anak dan
balita dengan imprintnya DAR! (https://instagram.com/darmizananak?igshid=1t0d22vmlcxx7),
Pelangi Mizan (https://instagram.com/pelangi_mizan?igshid=14dcwgh7mou0q),
dan Kecil-Kecil Punya Karya (https://instagram.com/kkpkmizan?igshid=7dvv2f972ksk)
2.
Buku remaja
dengan imprintnya Pastel Book (https://instagram.com/pastelbooks.id?igshid=1ss7refq0mj7j) dan the Panas dalam Publishing
(https://instagram.com/thepanasdalam_publishing?igshid=9zqoee2wilu2)
3.
Buku Dewasa
dengan imprint Mizan Pustaka (https://instagram.com/mizanpublishing?igshid=8adpmvtahcci),
Penerbit Qanita (https://instagram.com/penerbitqanita?igshid=1nnjp35nt88fi),
Mizan Kronik Zaman Baru, Kaifa, dan Mizan Fantasi.
Oh
ya, ada yang penasaran dengan imprint? Singkatnya, imprint ini seperti jenama
(brand) untuk sebuah produk. Mengapa Mizan Pustaka memiliki lebih dari satu
imprint? Ini merupakan bagian dari strategi pernaskahan dan pemasaran Mizan
Pustaka.Jadi kenapa kita sering
menjumpai nama-nama yang berbeda padahal sama" diterbitkan oleh Mizan,
ternyata ini alasannyaa.
Selain
kami membagi naskah dalam 3 kategori pembaca (anak-balita, remaja, dan dewasa),
kami membagi naskah dalam berbagai kategori seperti buku pemikiran, agama
Islam, sastra Indonesia, novel klasik, memoar/biografi, inspirasi, dll.
Biasanya berbagai kategori ini (atau mungkin pembaca lebih mengenalnya dengan
sebutan genre), diterbitkan di imprint yang sesuai dengan karakternya. Misalnya,
karena Mizan Pustaka lebih dikenal oleh pembaca sebagai penerbit Islam, maka
imprint MP ini lebih sering digunakan oleh buku-buku dengan tema agama Islam. Kalau
tidak dibedakan imprintnya, khawatir pembaca akan kebingungan.
Mizan
diakui memang sebagai salah satu penerbit mayor yang besar di Indonesia. Nah,
buat para penulis yang tertarik untuk mengirimkan karyanya ke Mizan. Penulis
bisa mengirimkan naskah, baik fiksi maupun nonfiksi ke redaksi Mizan Pustaka.
Sampai saat ini, Mizan Pustaka masih hanya menerima kiriman naskah dalam bentuk
hard-copy (cetak). Ini prosedurnya. Siapa tahu jadi rejeki diterbitkan di
penerbit keren ini.
Bagaimana
cara mengirim naskah ke Mizan Pustaka?
Kriteria
naskah yang jadi pertimbangan untuk diterbitkan:
1.
Naskah
orisinal dari penulis, bukan plagiat dan melanggar hak cipta/hak kekayaan
intelektual
2.
Belum pernah
dipublikasikan oleh penerbit lain
3.
Memiliki
cerita yang unik dan segar (tidak klise)
4.
Disusun dengan
rapi (logis dan sistematis)
5.
Memiliki
peluang pasar yang bagus
6.
Tidak
berpotensi memunculkan konflik SARA
7.
Naskahnya disertai
surat pengantar, riwayat hidup, dan sinopsis karyanya ke alamat redaksi di
Jalan Cinambo No. 135, Cisaranten Wetan, Bandung 40294. Info lengkapnya bisa
diakses di https://mizanpublishing.com/cara-kirim-naskah-mizan
Menurut
Mas Ilham, pada 2021, Mizan akan fokus untuk menerbitkan buku-buku parenting,
novel-novel remaja untuk pastel, sastra Indonesia dan sastra dunia (klasik, kanon, dan
kontemporer), dan inspirasi. Selain itu, mulai tahun depan, juga akan
mengaktifkan kembali komunitas pembaca Mizan. Akan dibuat satu grup telegram
yang khusus untuk pembaca Mizan, dan satu grup khusus juga untuk pastel squad.
Dari grup tersebut, selain Mizan akan mencoba melibatkan pembaca-pembaca Mizan
dalam proses penerbitan buku, Juga akan membuat kelas-kelas kepenulisan dan self-branding.
Seperti
yang sempat mas Ilham singgung, penerbit indie sering disarukan dengan
self-publishing, padahal keduanya berbeda. Penerbit indie pada dasarnya sama
dengan penerbit mayor dalam hal kurasi dan treatmen buku. Yang membedakan hanya
sekalanya saja. Selama 3 bulan itu, redaksi sedang mengevaluasi apakah
naskahnya berpotensi untuk diterbitkan atau tidak. Jadi, belum mulai ke proses
penyuntingan dsb.
Sebetulnya,
Menurut penuturan mas Ilham, Mizan juga
berharap bisa menerbitkan penulis baru, dan beberapa penulis baru untuk
terbitkan. Yang perlu dicermati adalah aspek kualitas naskahnya. Ketentuan
royalti dsb. pasti diatur di dalam kontrak antara penerbit dan penulis.