MENCINTAI CINTA

MENCINTAI CINTA

 
Mencintai cinta

Sumber gambar : pinteres

BUKAN AKU, BUKAN KAMU. TAPI KITA. TITIK

Sesungguhnya cinta memang sebuah kata yang tak kan pernah habis untuk dibicarakan. Mencintai cinta.  Suka dukanya membelenggu jiwa, hingga hidup selalu membutuhkannya. Nyanyiannya menggaung dijagat raya. Para penyair bersaing mempuisikannya. Para pebisnis mati- matian memonetisasinya.  Tanpa cinta hambar dunia. Begitupun perjuangan para pecinta membuahkan kisah-kisah yang luar biasa, menggoda indera untuk memistikkannya dengan puja.

Beribu- ribu kisah membawa sejuta baper. Apalagi kisah pejuang cinta yang berkorban mati- matian. Intertainment laris manis karena kisah-kisah seperti ini. Semuanya terbuai seperti cerita  ala korea. Apalagi kisah cinta India, kuchi kuchi hotahai  membuat hidup seindah drama. Seperti asmara Rama Shinta yang membawa kisah tersendiri di hati pujangga Indonesia.

Cinta adalah penyuara inspirasi  Namun cinta terkadang  membawa pikiran macet,. Mulut seperti bisu, tak bisa mengeluarkan suara karena cinta. Cinta membuat seluruh persendiian serasa berhenti, lemah terkulai. Cinta sebuah kata yang nterus akan menjadi kelemahan sekaligus kekuatan. Cinta adalah ekspresi humanis manusia. Seperti cintaku pada pujangga jiwa , pitutur raga, dewa kehidupan.

Ngomongin soal cinta memang tiada habisnya. Apalah arti jagat raya tanpa cinta? Semuanya bisa jadi hambar tanpa penawar. Dunia pilu karena rindu. Kekaguman yang terus terpupuk menjadi candu. Namun saat seseorang menemukan sang tercinta, terkadang bisa menjadi impulsive. Memberikan apapaun untuk orang yang di cintainya. Berkorban apapun, hingga mau menuruti demi cinta.

Saya jadi teringat lagu “Lathi Karya seniman milenial yang tergabung dalam Weird Genius ini  menjadi lagu  yang  menjadi booming dan viral baik dalam negeri maupun mancanegara. Bukan saja karena sisi artistiknya namun juga sinemaphotografinya yang syarat mengagumkan dan penuh kearifan lokal. Namun juga lirik – liriknya yang memiliki kekuatan magis tentang cinta. Kisah seseorang yang mengalami toxic. Dimana saking cintanya dia berani berkorban dan melakukan apapun demi orang yang dicintai. Namun lambat laun dia menyadari bahwa selamanya dia akan terus meminum racun atas nama cinta jika dia tidak segera mencari penawar untuk dirinya. Karena sejatinya hanya diri sendiri yang mampu untuk membebaskan diri dari cinta yang tidak sehat dan menimbulkan sekarat.

Lagu ini memberi saya satu ttitik sudut pandang bahwa adakalanya kita bisa tegas dengan diri sendiri. Cintailah cinta, namun jangan pernah lupa bahwa kita mencinta untuk bahagia, jangan karena atas nama cinta kita membukakan mata hati dan menyandera diri dengan cinta maya yang endingnya membuat sengsara. Karena sejatinya cinta adalah kebahagiaan bersama, yang masing – masing harus saling meleburkan egonya.


Ketika seseorang mencinta,  ia akan berkorban dan memberikan apapun, sampai lupa memberikan hati untuk mencintai diri sendiri. 

Tanpa disadari ketika seseorang mencinta, ia akan berkorban dan memberikan apapun, sampai lupa memberikan hati untuk mencintai diri sendiri. Terlalu ekstrim dengan prinsip bahwa cinta butuh pengorbanan namun dirinya sendiri tidak diperdulikan. Kalaulah  cinta itu adalah cinta orang tua atau keluarga untuk sang anak atau sebaliknya, adalah cinta yang dapat ditolerir seberapa besarpun pengorbanannnya. Namun ketika urusan itu adalah cinta antara dua pasang kekasih yang belum sampai jenjang pernikahan maka ada baiknya melihat dari sisi yang seimbang. Apakah cinta ini sehat? Apakah cinta ini sama sama membahagiakan?

Untuk itu sebelum benar- benar memutuskan berkorban untuk cinta, lihatlah pada diri sendiri. Sebelum mencintai cinta. Sudahkah kita mencintai diri sendiri, sudahkah kita menemukan makna dalam proses mencintai diri sendiri? Sudah kah kita memepercayai diri sendiri? Sudahkah kita selesai dengan diri sendiri? Jika sudah rayakan kepercayaan pada diri ini, karena kadang seseorang sering kehilangan Aku dalam dirinya. Jika sudah menemukan cinta untuk diri sendiri, maka bersiaplah untuk mencinta. Bukan aku, bukan kamu. Tapi kita. Titik.