MEMPERSIAPKAN MASA BALIGH ANAK
Oktober
2021
Islam
sangat memperhatikan terhadap proses untuk mempersiapkan anak-anak memasuki
usia akil baliqh, karena pada masa itu mereka sudah terkena taklif hukum. Akil
adalah kemampuan memahami standar halal haram, baik buruk, benar salah serta
memahami kewajiban mereka sebagai anggota masyarakat dan bagian dari umat.
Sementara baligh adalah fase ketika semua organ reproduksi sudah berfungsi,
anak laki-laki ditandai dengan mimpi (ihtilam) sementara anak perempuan ditandai
dengan mendapatkan menstruasi, mereka juga mulai tertarik kepada lawan jenis,
memiliki emosi yang cenderung meledak-ledak. Pertanyaanya kapan kita harus
mulai mempersiapkan mereka memasuki masa akil baligh?
Rasulullah
saw. Bersabda: “Diangkatkan tiga pena (tidak dibebani hukum) atas (tiga
kelompok manusia) yaitu anak-anak hingga baligh, orang tidur hingga bangun, dan
orang gila hingga sembuh.” (HR Abu Dawud).
Mendidik
anak bukan pekerjaan yang mudah, kita memerlukan kesabaran dan seni khusus
untuk mengambil hati mereka, sehingga perlu kerjasama yang baik antara ayah dan
ibu.
Dalam
Islam, mendidik anak bukan semata-mata menyiapkan masa depan mereka agar sukses
dalam mengarungi kehidupan tetapi untuk membentuk pola pikir dan pola sikap
yang Islami (syakhsiyah Islamiyah) sehingga kelak mereka akan menjadi generasi
khairu ummah. Mempersiapkan usia balig bisa dimulai sejak usia tujuh tahun atau
yang dikenal fase pra baligh.
Beberapa
hal yang perlu dilakukan orang tua:
1.
Merangsang
proses berfikir mereka sehingga mampu mengimani keberadaan Allah, memahami
kelemahannya sebagai manusia, juga mengimani keberadaan Rasulullah dan perannya
dalam mendidik dan menyempurnakan akhlak. Anak juga mampu mengimani Alquran dan
menjadikannya sebagai pedoman hidup, sehingga akan terbentuk akidah yang kuat.
Dengan begitu anak akan senatiasa terikat kepada hukum syara dalam setiap
aktivitasnya.
2.
Membiasakan
mereka untuk melaksanakan kewajiban dengan tepat waktu, misalnya senantiasa
salat berjamaah, untuk anak laki-laki diusahakan berjamaah di masjid.
3.
Mengajarkan
pengetahuan tentang tanda-tanda baligh sehingga anak siap secara fisik dan
psikis ketika fase itu tiba, karena mereka telah memahami apa yang akan terjadi
pada fase itu dan konsekuensinya.
4.
Membekali anak
dengan adab islami, baik terhadap orang tua, guru, kawan dan tetangga. Orang
tua juga mulai mengenalkan batasan interaksi antara laki-laki dan perempuan
(nizham ijtimai), serta menjelaskan dampak dari pergaulan yang campur-baur
dalam kehidupan umum.
5.
Membekali anak
dengan keterampilan hidup yang bisa membuatnya mandiri. seperti memasak,
mencuci dan menyetrika pakaian, dan merapikan rumah.
6.
Orang tua juga
perlu membekali mereka dengan keterampilan fisik yang akan menjaga kebugaran
tubuh serta memperkuat fisiknya, seperti berenang, berkuda, bela diri serta
panahan.
7.
Melatih konsep
berfikir anak dengan mengajak diskusi dan memberi analisis tentang problematika
umat serta solusinya dalam pandangan Islam.
8.
Membekali
mereka dengan IPTEK, orang tua perlu mengenalkan manfaat teknologi sehingga
anak bisa bijak mengunakannya.
9.
Orang tua
mengarahkan anak supaya mereka memanfaatkan teknologi untuk memperlancar syiar
Islam.
10.
Melatih
tanggung jawab, keberanian serta jiwa kepemimpinan. Anak- anak adalah pewaris
tongkat estafet perjuangan sehingga mereka harus dipersiapkan untuk menjadi
pemimpin pada masa yang akan datang. Mengenalkan anak dengan tanggung jawab
dalam setiap aktivitas sesuai dengan pola pikir dan pola sikap yang Islami akan
semakin memperkuat syaksyiah mereka.
Anak-anak
yang memiliki akidah kuat serta memahami tanggung jawabnya sebagai seorang
muslim insyaAllah akan mejadi generasi, cemerlang yang kelak akan melanjutkan
perjuangan untuk menerapkan Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.