MENGAJARKAN SHALAT PADA ANAK
September
2021
Sholat
adalah rukun Islam kedua dan ritual ibadah ini sangat besar serta penting
nilainya di mata seorang muslim. Karena itu orang tua sebaiknya mengajarkan
anak sholat sekaligus membentuk kebiasaan ini agar terbawa hingga usia dewasa.
Perkara
inilah yang pertama kali akan diperhitungkan di hari pembalasan nanti di
hadapan Allah SWT. Tidak hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban, kecintaan
kepada salat seharusnya juga ditumbuhkan.Ini karena salat adalah bentuk
komunikasi kita, hamba yang begitu kecil dan rendah dengan Allah SWT Yang Maha
Tinggi. Lalu bagaimana cara terbaik menumbuhkan kebiasaan beribadah salat?
Bagaimana
Mengajarkan dan Membangun Kebiasaan Sholat Kepada Buah Hati Menurut Rasulullah
SAW
Saat
baru pertama kali belajar biasanya anak akan bersemangat dan rajin menjalankan
salat. Namun ada kalanya mereka merasa bosan dan menolak untuk mengerjakan
salat. Kalau sudah demikian dibutuhkan strategi untuk membujuk mereka. Memang
dibutuhkan kesabaran dari orang tua atau pengasuh agar anak sholat dengan
disiplin tanpa dipaksa.
Yang
perlu dilakukan adalah memberikan teladan sambil sebisa mungkin menciptakan suasana
beribadah yang nyaman dan menyenangkan. Sebenarnya Rasulullah SAW bahkan telah
memberikan panduan mengenalkan sholat pada anak. Menurut pakar parenting,
Mohammad Irsyad, M.Pd, I, Rasulullah menganjurkan untuk mengajarkan salat sejak
dini kepada anak.
Hal
ini tercantum pada sebuah hadits tentang mendidik anak untuk sholat.
Rasulullah bersabda untuk memerintahkan
anak salat jika telah mencapai usia 7 tahun. Jika telah berusia 10 tahun dan
anak melalaikan salat, orang tua atau walinya diperbolehkan memukul serta
memisahkan tempat tidur mereka. Dalam mengajarkan salat Anda juga perlu
memperhatikan usia anak karena ada perlakuan khusus pada tiap-tiap fase
tersebut. Sebagai referensi parenting Islami bagi buah hati cobalah menerapkan
tips berikut ini.
Cara
Mengajarkan Anak salat Sesuai Usianya
1. Mengajarkan
Sholat Di Usia Kurang Dari 7 Tahun Sampai 7 Tahun
Pada
usia mulai 3 tahun anak tengah berada pada fase psikologi yang disebut Phallic
Stage. Artinya kapasitas otak mereka berada pada puncak sensitivitas pembelajaran,
pengakaran, dan pembekalan. Inilah momen-momen terbaik untuk menanamkan
karakter atau nilai sebagaimana yang diinginkan orang tua, atau disebut sebagai
proses pembudayaan.
Satu-satunya
strategi yang disarankan adalah belajar sambil bermain, apalagi di usia-usia
tersebut anak sangat suka meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya.
Pada
anak usia dini Anda tidak perlu mengajarkannya berwudhu dahulu, termasuk
memakai busana salat seperti mukena atau peci untuk laki-laki. Tidak masalah
jika tata cara sholat anak belum terlalu sesuai dengan tuntunan. Ini untuk
menghindari anak menjadi malas karena enggan ribet harus berkutat dengan aturan
wudhu dan memakai pakaian yang tidak nyaman. Menurut Ustadz Syafiq Riza
Basalamah fokus utama pada pembelajaran salat di usia tersebut adalah
membiasakan anak dengan gerakan serta bacaan salat.
Karena
anak cenderung mengimitasi tindakan orang tua dan orang dewasa di sekitarnya,
pastikan si kecil sering melihat Anda wudhu dan salat. Anak akan melihat bahwa
salat harus dilakukan tepat waktu jika orang tua juga tidak menunda-nunda salat
begitu mendengar azan. Orang tua adalah sekolah agama anak yang pertama. Jika
ibadah salat menjadi prioritas utama Anda di samping berbagai aktivitas lain di
rumah, kesan ini akan tertanam pada anak.
Sebelum
mulai mencari cara mengajar praktek salat yang paling ideal bagi anak, berikan
dulu pemahaman tentang Allah. Tanpa pengertian tersebut salat hanya menjadi
sekedar ritual ibadah wajib saja. salat pun sekedar menjalankan keharusan namun
kurang berfokus dalam hubungan emosional serta spiritual dengan Allah SWT.
Memperkenalkan Tuhan Yang Maha Kuasa seharusnya dilakukan sejak bayi. Walaupun
belum mempunyai pemahaman seperti orang dewasa, Anda bisa mengajak anak
berbicara mengenai Penciptanya. Saat sedang bersama si Kecil ceritakanlah
tentang kebesaran Allah, Kemahaan-Nya, bagaimana Allah menciptakan, menyayangi,
dan mencukupi kebutuhan hambanya. Dengan pendekatan demikian ini lama-kelamaan
kecintaan kepada Allah akan tertanam di hati anak.
Jika
Anda menyadari pentingnya membiasakan anak melaksanakan ibadah sholat sejak
dini, artinya Anda perlu meluangkan waktu untuk salat bersama anak. salat
berjamaah adalah strategi praktek ibadah kolektif untuk menanamkan perspektif
positif terhadap ritual ibadah ini. Paling tidak satu kali dalam sehari lakukan
salat berjamaah dengan seluruh anggota keluarga yang diimami oleh Ayah. Untuk
anak yang lebih besar Anda bisa memintanya untuk adzan. Untuk anak laki-laki
Ayah perlu mengajaknya sholat Jum’at sesering mungkin untuk menumbuhkan
identitas keislaman yang kokoh. Salah satunya dengan menyaksikan betapa
banyaknya jumlah orang Islam yang menjalankan ibadah bersama-sama.
2.
Mengajarkan Sholat Di Usia 7 Tahun
Menginjak
usia mulai 7 tahun sampai 10 tahun tahap belajar sholat untuk anak bukan lagi
perkenalan tetapi menekankan. Artinya orang tua boleh memerintahkan anak untuk
salat agar kebiasaan tersebut tertanam semakin kuat. Jika anak membantah orang
tua juga diperbolehkan bersikap tegas.
Ini
karena tumbuh kembang anak sudah memasuki fase dapat membedakan yang benar dan
salah. Dengan perkembangan tersebut mengajar dan mengarahkan anak seharusnya
menjadi lebih mudah.
Jika
belum tersedia mushola, Anda dapat menggunakan ruangan kosong sebagai tempat
salat atau sekedar menyiapkan sudut ruangan. Tindakan ini akan memberikan
pemahaman bahwa salat adalah kewajiban yang penting sehingga perlu disediakan
area khusus. Dengan tindakan tersebut anak juga dapat diajarkan kewajiban
menjaga mensucikan diri dan menjaga kebersihan saat beribadah.
Salah
satu cara mengajari anak bacaan sholat adalah dengan membuat visualisasi karena
anak merespon gambar dan ilustrasi dengan lebih baik. Anda bisa memasang poster
gerakan dan bacaan salat di mushola untuk mengingatkan mereka jika
sewaktu-waktu lupa. Untuk mendorong anak salat tepat waktu Anda juga bisa
menggantungkan kalender Islam yang dilengkapi waktu salat.
Sedini
mungkin perkenalkan anak dengan Rasul Muhammad agar si Kecil tumbuh dengan
mengidolakan beliau. Caranya adalah dengan membacakan kisah hidupnya, misalnya menjelang
waktu tidur. Jika anak menjadikan Rasul sebagai panutan mereka akan meneladani
perilaku beliau termasuk salat sebagai perintah Allah yang disampaikan oleh
Rasul Muhammad.
Anak-anak
memang tidak selamanya berperilaku baik. Ada hari-hari dimana suasana hati anak
menjadi buruk dan membuatnya enggan beribadah. Tanggung Jawab orang tua adalah
memastikan anak tetap menjalankan salat apapun yang terjadi apalagi jika
usianya sudah menginjak 10 tahun. Membangun kebiasaan ini bukanlah hal yang
mudah sehingga orang tua harus tegas dan konsisten. Jika perlu terapkan
konsekuensi atau hukuman dengan tujuan mendidik.
Rasul
memperbolehkan orang tua memberi hukuman memukul anak mulai usia 10 tahun jika
mereka tidak mau salat. Tidak perlu khawatir bersikap terlalu keras kepada anak
karena kondisi psikisnya sudah siap untuk konsekuensi tersebut. Pada usia 10
tahun anak sudah dianggap baligh atau dewasa dan wajib menjalankan ketentuan
agamanya.
Tantangan
orang tua di sini adalah perubahan perilaku anak menginjak usia pra remaja. Di
usia tersebut anak akan mulai sering melawan dan membandel. Inilah sebabnya
mengapa kita harus melaksanakan sholat sejak kecil sebagai proses belajar
sekaligus menanamkan kebiasaan. Walaupun hukuman berupa memukul diperbolehkan
namun tetap ada batasan konsekuensi tersebut tidak menyakiti anak. Dalam
memukul kita dilarang untuk membuat kulit anak terluka, atau sampai mematahkan
gigi dan tulangnya.
Pukulan
yang tidak terlalu keras di bagian bahu, kaki, atau punggung boleh dilakukan
karena tergolong tidak menyakitkan.
Islam juga melarang memukul bagian wajah sebagai bentuk hukuman karena ini
termasuk menyakiti. Dalam memukul orang tua seharusnya tetap berkepala dingin
dan tidak terbawa emosi. Tujuan memukul adalah demi pendidikan serta sebagai wujud
kasih sayang orang tua. Memberikan
hukuman fisik tidak dianjurkan kecuali jika sangat terpaksa.
Proses
menghukum anak karena kelalaiannya dalam beribadah sebaiknya tidak dilakukan di
hadapan orang lain. Hal ini agar tidak mempermalukan anak dan menimbulkan
trauma yang membuatnya mengingat salat sebagai pengalaman yang buruk.
Berdasarkan penjelasan Ustadz Quraish Shihab, Rasul Muhammad SAW adalah orang
yang paling lembut kepada anak-anak. Saat anak asuh Rasulullah melakukan
kesalahan pun beliau tidak seketika itu juga menegurnya, melainkan memberikan
si Anak waktu untuk introspeksi diri. Menurut pendiri Pusat Studi Al-Quran itu,
kata-kata “dharaba” dalam hadis yang terjemahan umumnya adalah memukul bisa
diartikan lebih luas. Intinya di sini adalah tidak menjadikan hukuman fisik
sebagai satu-satunya solusi kesalahan anak.
Sebagaimana
yang Rasulullah teladankan, Anda bisa berbicara baik-baik dan meminta anak
untuk rajin salat. Jika orang tua secara konsisten terus menanamkan kebiasaan
beribadah ini sejak dini, seiring berjalannya waktu akan timbul kecintaannya
akan salat. Ini karena anak merasa membutuhkan salat sebagai sarana untuk
berdekatan dan berkomunikasi dengan sang Pencipta sebagai sumber kekuatannya.
Jangan bosan memberikan nasehat walaupun buah hati Anda lagi-lagi meremehkan
kewajiban tersebut. Sesekali Anda perlu menyebutkan ayat atau hadis yang
berkaitan dengan kewajiban salat, termasuk pahala dan ancaman bagi yang lalai.
Jika
anak mengikuti kelas mengaji Anda bisa meminta bantuan gurunya untuk memotivasi
putra-putri Anda. Jika si Kecil dirasa sudah menjalankan kewajibannya dengan
baik, sebagai penghargaan Anda dapat memberikan hadiah untuk meningkatkan
motivasinya. Meski demikian Anda juga perlu waspada agar reward ini tidak
menjadi satu-satunya tujuan dalam beribadah. Kesimpulannya, membangun kebiasaan
ibadah salat lima waktu idealnya dilakukan sejak dini dengan cara memberikan
keteladanan. 3 tahapan pengajaran salat sesuai usianya adalah pengenalan,
penanaman, dan penegasan.
Orang
tua diperbolehkan memberikan konsekuensi jika anak melalaikan salat bila sudah
mencapai usia baligh. Hukuman berupa tindakan fisik sebaiknya dihindari jika
tidak dalam kondisi terpaksa. Menumbuhkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah
dapat membantu memudahkan mengajarkan anak sholat dengan disiplin. Ini karena
ibadah salat bisa menjadi perwujudan rasa cinta dan penghambaan diri kepada
Yang Maha Pencipta. Nah, semoga panduan di atas dapat menjadi acuan dalam
memilih pola asuh islami yang tepat bagi buah hati.