BERKOMPETISI DENGAN DIRI SENDIRI
Memasuki
pekan kedua, mengikuti ODOP, One Day One Post. Membuat saya bergidik. Pasalnya
komunitas yang dalam prosesnya menantang peserta untuk membuat tulisan setiap
hari dan membagikannya ke media sosial ini, mulai mengalami seleksi alam. Peserta
yang ditantang untuk menulis selama dua bulan ini banyak yang mulai berguguran.
Padahal kemampuan menulis mereka di atas rata-rata. Bahkan diantaranya sudah
memiliki prestasi hebat di bidang kepenulisan.
Duh..hati
mulai merasa cemas. Sanggupkah melewatinya? Karena semakin ke sini semakin
terasa kompetisinya. Sebenarnya tahap yang tersulit adalah konsisten untuk menulis setiap hari, memotivasi
untuk bisa melakukannya sesuai deadline yang ditentukan. Untuk pemula, saya
akui benar-benar menguras tenaga dan pikiran, berpeluh keringat sampai berdarah-darah.
Tapi saya sadar, saya butuh proses seperti ini untuk konsistensi dan komitmen diri untuk menulis. Memang dalam challenge ini, sebenarnya peserta bukan bersaing dengan orang lain. Tetapi berkompetisi dengan diri sendiri. Dimana siapa yang mampu
bertahan untuk tetap update dan mengerjakan tugas setiap hari, dialah yang akan
menjadi para jawara.
Ngomong-ngomong
tentang tantangan dalam hidup. Kita memang tidak terlepas dari yang namanya persaingan atau kompetisi. Sejak kita lahir ada banyak persaingan di sekitar kita. Tapi yang
terberat adalah kompetisi dengan diri sendiri. Bersaing itu harus. Persaingan yang sebenarnya itu
melawan diri sendiri. Kalau bersaing dengan orang lain, misal bersaing dengan si A atau B, jika dua orang
ini kebetulan pemalas, maka kita juga tidak akan tertantang untuk berusaha
menghebatkan diri. Karena pesaingnya memiliki standard biasa.
Namun
jika bersaing dengan orang yang sangat
pintar, mungkin kita akan mengejar dengan sekuat tenaga hingga mengakibatkan
stres. Ada semacam kecemasan "Karena bakat yang dia punyai tidak kita miliki. Seringnya kita jadi hanya
memperhatikan kelebihan dan bersedih, meratapi dengan kelemahan kita sendiri. Padahal
kita sudah diberi kemampuan yang mungkin menakjubkan. Hanya belum kita ketahui
dan kita asah dengan maksimal.
Daripada
terus menerus tertekan berkompetisi dengan orang lain, mending kita merubah pola pikir, bahwa apapun persaingan yang ada di depan mata adalah bentuk tantangan untuk berkompetisi dengan diri sendiri. Nah, menurut Sang
motivator Mario Teguh, ada beberapa keuntungan jika kita berkompetisi
dengan diri sendiri. Diantaranya:
1. Mengenal
diri sendiri.
Jika
bersaing dengan diri sendiri, kita akan tahu, proses kita sudah baik atau
belum. Kita sedang dalam proses baik, sedang menunda atau sedang malas. Kita
jadi tahu kekuatan dan kelemahan sendiri dalam menghadapi tantangan tersebut. Sehingga
kita bisa evaluasi dan mengatur strategi yang pas buat kita.
2. Menjadi lebih mediatif.
Orang
yang bersaing dengan diri sendiri akan sering mendengarkan kata hati. Mereka akan sering ngobrol dengan diri
sendiri, harus diam dan mendengarkan perbincangan dirinya sendiri. Antara aku dan aku. “Iya, kemarin
aku masih begini, masih menunda, masih malas, aku tidak boleh begini terus, aku
harus lebih baik dari kemarin”. Seringnya berbicara dengan diri sendiri akan
lebih mengerti tentang apa yang terbaik untuk kita.
3. Menjadi lebih spiritual
Orang
yang bersaing dengan dirinya sendiri akan lebih spiritual, karena dia sering bermediasi dengan dirinya sendiri. Tahu keinginannya, paham akan dirinya. Dengan demikian akan muncul kesadaran bahwa dirinya bukan sekedar badan tapi juga jiwa. Sewaktu
dia bicara dengan dirinya sendiri, dia akan menyadari kehadiran Tuhan. Kehadiran kekuatan yang lebih besar, yang lebih suci, yang
membenarkan. Orang orang yang bersaing dengan dirinya sendiri biasanya
jadi lebih tenang. Berbeda jika bersaing dengan orang lain, dia akan gelisah.
Namun jika bersaing dengan dirinya, dia akan lebih damai.
Demikian, keuntungan bersikap kompetitif
kepada diri sendiri. Bersaing dengan diri sendiri. Ukurannya bukan membandingkan
dengan orang lain, tapi apakah hari ini diri sendiri lebih baik dari kemarin? Apakah
usaha yang telah dilakukan sudah sedemikian baik atau malah sebaliknya? Orang –
orang yang bersaing dengan dirinya sendiri akan mengalami pertumbuhan yang bukan
main. Dia telah terbiasa untuk mengenal kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Mampu
bermediasi dengan diri sendiri dan tentu saja jiwa spriritualnya juga semakin
tinggi. Hal demikian semakin membuatnya mudah bersyukur dan tidak tinggi hati
saat kesuksesan menanti.