BERKOMPETISI DENGAN DIRI SENDIRI

BERKOMPETISI DENGAN DIRI SENDIRI

 


gambar: pinterest.com

Memasuki pekan kedua, mengikuti ODOP, One Day One Post. Membuat saya bergidik. Pasalnya komunitas yang dalam prosesnya menantang peserta untuk membuat tulisan setiap hari dan membagikannya ke media sosial ini, mulai mengalami seleksi alam. Peserta yang ditantang untuk menulis selama dua bulan ini banyak yang mulai berguguran. Padahal kemampuan menulis mereka di atas rata-rata. Bahkan diantaranya sudah memiliki prestasi hebat di bidang kepenulisan.

Duh..hati mulai merasa cemas. Sanggupkah melewatinya? Karena semakin ke sini semakin terasa kompetisinya. Sebenarnya tahap yang tersulit adalah konsisten untuk menulis setiap hari, memotivasi untuk bisa melakukannya sesuai deadline yang ditentukan. Untuk pemula, saya akui benar-benar menguras tenaga dan pikiran, berpeluh keringat sampai berdarah-darah. Tapi saya sadar, saya butuh proses seperti ini untuk konsistensi dan komitmen diri untuk menulis. Memang dalam challenge ini, sebenarnya peserta bukan bersaing dengan orang lain. Tetapi berkompetisi dengan diri sendiri. Dimana siapa yang mampu bertahan untuk tetap update dan mengerjakan tugas setiap hari, dialah yang akan menjadi para jawara.

Ngomong-ngomong tentang tantangan dalam hidup. Kita memang tidak terlepas dari yang namanya persaingan atau kompetisi. Sejak kita lahir ada banyak persaingan  di sekitar kita. Tapi yang terberat adalah kompetisi dengan diri sendiri. Bersaing  itu harus. Persaingan yang sebenarnya itu melawan diri sendiri. Kalau bersaing dengan orang lain, misal  bersaing dengan si A atau B, jika dua orang ini kebetulan pemalas, maka kita juga tidak akan tertantang untuk berusaha menghebatkan diri. Karena pesaingnya memiliki standard biasa.

Namun jika  bersaing dengan orang yang sangat pintar, mungkin kita akan mengejar dengan sekuat tenaga hingga mengakibatkan stres. Ada semacam kecemasan "Karena bakat yang dia punyai  tidak kita miliki. Seringnya kita jadi hanya memperhatikan kelebihan dan bersedih, meratapi dengan kelemahan kita sendiri. Padahal kita sudah diberi kemampuan yang mungkin menakjubkan. Hanya belum kita ketahui dan kita asah dengan maksimal.

Daripada terus menerus tertekan berkompetisi dengan orang lain, mending kita merubah pola pikir, bahwa apapun persaingan yang ada di depan mata adalah bentuk tantangan  untuk berkompetisi dengan diri sendiri. Nah, menurut Sang motivator Mario Teguh, ada beberapa keuntungan jika kita berkompetisi dengan diri sendiri. Diantaranya:

1. Mengenal diri sendiri.

Jika bersaing dengan diri sendiri, kita akan tahu, proses kita sudah baik atau belum. Kita sedang dalam proses baik, sedang menunda atau sedang malas. Kita jadi tahu kekuatan dan kelemahan sendiri dalam menghadapi tantangan tersebut. Sehingga kita bisa evaluasi dan mengatur strategi yang pas buat kita.

2. Menjadi lebih mediatif.

Orang yang bersaing dengan diri sendiri akan sering mendengarkan kata hati. Mereka akan sering ngobrol dengan diri sendiri, harus diam dan mendengarkan perbincangan dirinya sendiri. Antara aku dan aku.  “Iya, kemarin aku masih begini, masih menunda, masih malas, aku tidak boleh begini terus, aku harus lebih baik dari kemarin”. Seringnya berbicara dengan diri sendiri akan lebih mengerti tentang apa yang terbaik untuk kita.

3. Menjadi lebih spiritual

Orang yang bersaing dengan dirinya sendiri akan lebih spiritual, karena dia sering bermediasi dengan dirinya sendiri. Tahu keinginannya, paham akan dirinya. Dengan demikian akan muncul kesadaran bahwa dirinya bukan sekedar badan tapi juga jiwa. Sewaktu dia bicara dengan dirinya sendiri, dia akan menyadari  kehadiran Tuhan. Kehadiran kekuatan yang lebih besar, yang lebih suci,  yang membenarkan. Orang orang yang bersaing dengan dirinya sendiri biasanya jadi lebih tenang. Berbeda jika bersaing dengan orang lain, dia akan gelisah. Namun jika bersaing dengan dirinya, dia akan lebih damai.

  Demikian, keuntungan bersikap kompetitif kepada diri sendiri. Bersaing dengan diri sendiri. Ukurannya bukan membandingkan dengan orang lain, tapi apakah hari ini diri sendiri lebih baik dari kemarin? Apakah usaha yang telah dilakukan sudah sedemikian baik atau malah sebaliknya? Orang – orang yang bersaing dengan dirinya sendiri akan mengalami pertumbuhan yang bukan main. Dia telah terbiasa untuk mengenal kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Mampu bermediasi dengan diri sendiri dan tentu saja jiwa spriritualnya juga semakin tinggi. Hal demikian semakin membuatnya mudah bersyukur dan tidak tinggi hati saat kesuksesan menanti.