KADO ULANG TAHUN, RAJWA
Gambar: https://my-best.id/1283
Cerita Anak
KADO ULANG TAHUN, RAJWA
Rajwa
duduk termangu di kursi belajarnya. Ia
memandangi tugas Bahasa Indonesia yang sedari tadi belum selesai dikerjakan. Tugas
menulis cerita tentang liburan bersama keluarga membuatnya merenung sendirian.
Rajwa bingung dengan apa yang akan dia tulis. Karena pengalaman kebersamaan
dengan keluarga terlintas di benaknya hanya beberapa saja. Itupun dulu sewaktu
dia kecil.
Rajwa bukannya tidak punya kenangan dengan ayah dan
ibunya. Namun sejak beberapa tahun ini, Ia jarang menikmati waktu bersama orang
tuanya. Rajwa sendiri adalah anak tunggal. Ayah Rajwa adalah
direktur di sebuah perusahaan tekstil sedangkan ibunya selalu sibuk dengan
butiknya. Berangkat bekerja pagi sekali dan
sering pulang hingga malam. Hari libur orang tuanya sering menerima tamu, teman
kerja katanya.
Sebenarnya
selama ini Rajwa sering merasa kesepian
dan jenuh di rumah. Saat ingin bermain di rumah teman. Orangtuanya melarang Rajwa untuk bermain di luar rumah. Itulah yang membuat Rajwa sering merasa
sedih dan kesepian di rumah. Rajwa hanya bisa ngobrol dengan Bik Minah.
erempuan yang selalu memasakkan makanan lezat untuknya. Untung juga ada Rara
teman sebangkunya yang sering meneleponnya jika Ia sendiri.
“ Gimana tugas
mengarang bahasa Indonesia, sudah selesai?” Tanya Rara di ujung telepon.
“ Belum Ra, aku bingung mau nulis apa?Aku sudah lama
sekali tidak jalan – jalan dengan orang tuaku”
“ Kerjakan saja sebisamu, tulis pengalaman bersama
keluargamu apa adanya, Jangan takut salah”
“ Baiklah, akan ku coba sebisaku”
“ Eh..besok kamu ulang tahun ya, kamu pengen kado
apa?”
“ Wah ..kamu masih ingat ultahku, kamu memang
sahabatku yang baik” Jawab Rajwa riang.” Aku sebenarnya tidak ingin kado
apapun, hanya ingin bisa bisa bercanda dengan ayah dan Bundaku kembali.
“ Ya, katakan saja permintaanmu itu pada orang tuamu”
“ Tapi aku takut mereka marah,Walaupun sebenarnya aku
belum pernah mencoba. Aku juga takut mengganggu
mereka dengan permintaaanku, sepertinya mereka selalu sibuk bekerja”
“ Kalau kamu tidak mengatakannya, kapan orang tuamu
tahu kalau kamu ingin menghabiskan waktu bersama mereka. Cobalah ungkapkan
dengan jujur, pasti orang tuamu mengerti”.
“ Entahlah…aku jadi bingung sendiri”
“ Ayolah Rajwa, cobalah untuk berani , berteus
teranglah, Aku yakin orang tuamu pasti akan mengabulkan”
“ Baiklah sahabatku..akan ku coba”
“ Oke , semoga berhasil. Sampai ketemu besok Senin di
sekolah, ya” Kata Rara mengakihiri telponnya. Rara menghela nafas, mungkinkah
ayah bundanya akan menerima apa keinginannya. Ia mulai ragu.
Malam
hari saat Rajwa hendak tidur, ia berdoa dengan sungguh – sungguh. “Tuhan, aku ingin orang tuaku bisa memiliki waktu untukku,
bercanda dan bermain bersama seperti dulu. Kabulkan Tuhan” Doa Rajwa sebelum tidur. Ia berharap Tuhan mendengarnya.
Pagi
harinya, tepat hari ulang tahun Rajwa, Ia terkejut saat menemukan sebuah kado berpita merah di samping tempat tidurnya.
Dia mengambil dan langsung membukanya. Ternyata
berisi boneka beruang dan surat yang tertulis dari Ayah dan Bunda. Mereka mengucapkan ulang
tahun dengan kado tersebut. Mereka akan berangkat bekerja pagi hari seperti
biasanya
Rajwa melipat kertas ucapan dan mengamati boneka
tersebut. Boneka yang bagus. Namun dia sedih. Bukan ini yang di inginkannya,
dia tidak ingin kado apapun. Hanya ingin Ayah dan Bundanya.
Samar – samar terdengar suara Bunda dari lantai bawah.
Rajwa buru – buru bergegas ke bawah, berharap bundanya belum berangkat ke
butik.
“Bunda... yang taruh kado di kamarmu? Makasih ya Bunda ?” tanya Rajwa
“Iya, bukannya kamu suka boneka beruang?
Kamu suka kan kadonya?Selamat ulang Tahun..sayang” Kata Bunda sambil mencium
pipi Rajwa. Rajwa hanya terdiam.
“Ya udah habis ini kamu mandi terus sarapan ya. Bunda
berangkat dulu, Sepulang sekolah langsung pulang. Jaga dirimu di rumah ya sayang ingat jangan main di luar.
Muach.”
kata Bunda mengingatkan Rajwa dan juga mencium kening
Rajwa sebelum berangkat.
“Iya
Bunda, hati-hati di jalan.” kata Rajwa menahan apa yang ingin dia sampaikan. Ia
kembali kesepian.
“Hufttt...selalu
saja sendiri, Bukankah hari ini ulang tahunku, mengapa
Ayah dan Bunda tidak mengerti
perasaanku.” Batin Rajwa sedih. Ternyata apa yang dipikirkan Rajwa dari kemarin benar, orang tuanya hanya
memberikan ucapan dengan benda, bukan kepedulian mereka. Mimpinya hanya
sebuah harapan.
Malam
hari, Rajwa tidak bisa tidur. Dia kembali teringat pembicaraannya dengan Rara.
“Rajwa cobalah berbicara dengan
orang tuamu, kamu bilang bahwa kamu membutuhkan
mereka” Kata – kata itu kembali terngiang – ngiang di telinga Rajwa. Akhirnya dia memutuskan menemui bundanya.
Rajwa beranjak pergi
ke kamar ayah dan ibunya. Sebenarnya dia ragu apakah tindakannya ini benar? Tapi sampai kapan dia akan begini terus. Ah,
setidaknya aku mencoba. Kata Rajwa dalam hati. Rajwa mengetuk pintu.
“Ayah
Bunda, maaf mengganggu waktu bekerja, Rajwa ingin bicara” kata Rajwa saat
ibunya membuka pintu kamar.
“Iya
sayang masuk aja” kata ayah Rajwa.
“Ayah, Bunda….terima kasih atas kadonya boneka beruang.
Rajwa senang sekali. Tapi sebenarnya ada yang Rajwa ingin sampaikan. Ayah, Bunda…sebenarnya aku tidak ingin benda benda mahal itu, aku hanya ingin kasih sayang Ayah dan Bunda. Aku ingin bercerita dan bermain bersama kalian, tapi
sepertinya Ayah dan Bunda selalu sibuk dengan pekerjaan. Aku
ingin seperti anak-anak lain bisa dekat dengan ayah ibunya” kata Rajwa dengan
terisak. Tak sanggup menahan perasaannya. Ayah dan Ibu
terdiam. Tiba – tiba Ibu memeluk Rajwa.
“Sayang...maafkan
kami ya tidak bisa menjagamu dengan baik. Selalu mementingkan kesibukan kami sendiri. Ayah dan Bunda
janji akan menyisihkan waktu
untuk bermain denganmu. Maafkan kami
ya, Sering tidak memperhatikanmu” kata Ibu Rajwa sambil menangis.
“Iya
Nak
maafkan Ayah juga, Ayah terlalu mementingkan pekerjaan” kata ayah Rajwa dengan mata berkaca – kaca.
Mereka berdua pun memeluk Rajwa. Rajwa
pun senang. Mereka merayakan ulang tahun Rajwa dengan bahagia. Sejak
hari itu Rajwa kembali mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Dia bahagia kembali merasakan ke akraban
bersama keluarga. “Terimakasih Tuhan, Terima kasih
Ayah dan Bunda.” Rajwa bersyukur penuh haru.