KISAH KEDAI 1001 MIMPI
Review
buku
Judul : Kedai
1001 Mimpi (Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI)
Penulis : Valiant Budi
Penerbit : Gagas Media
Tebal :
444 halaman + xii
“Kenapa bila kita melawan orang yang sering membawa nama Allah kita sering dikira melawan Tuhan? Apa dengan begitu mereka merasa menjadi Tuhan?”
(Vabyo, 228).
Buku
ini saya temukan saat ada diskon besar di sebuah pameran buku. Tertarik
mengambilnya gara - gara tulisan “Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI”
pada judul cover depannya. Sepertinya menarik menikmati petualangan kisah nyata
seseorang. Lama tersimpan di lemari buku. Dan baru saat pandemi ini, bisa
menuntaskannya di sela- sela WFH.
Awal membaca terkesan hanya curhat ringan, kisah
Valiant Budi, seorang penulis yang terobsesi dengan kehidupan Timur Tengah. Ia
bermimpi menuliskan petualangannya di sana. Kesempatan datang, ia diterima menjadi barista
di Sky Rabbit , salah satu kedai kopi internasional, Saudi Arabia. Karena
berlatar belakang sebagai penulis, Ia kerap menuliskan jejak cerita dari kisah
dan petualangannya di negeri seribu satu malam ini dalam sebuah blog.
Berstatus
sebagai TKI di negeri muslim ternyata membuatnya menemukan berbagai peristiwa
ganjil yang tak pernah kira sebelumnya. Awalnya dia optimis akan mempertebal
keimanannya selama bekerja di negara lahirnya islam tersebut. Tapi yang didapat
justru sebaliknya, ia sering menemukan
keganjilan dari orang-orang Arab yang ia jumpai sehari-hari. Sebuah ironi yang
membuat mata hati seorang Valiant menangis karena tidak relanya nama Islam
harus rusak justru karena ulah pemeluknya. Dan lebih miris lagi saat Ia
menuliskan kisahnya, justru dianggap memfitnah Islam.
Meski
disampaikan dengan cara yang kocak, pesan buku ini serius, tentang kenyataan
dunia TKI dan sejuta problemanya. Sedih saat membayangkan ribuan TKI yang
terperangkap di negara kaya raya tapi bergelimang duka. Memang tidak semuanya
sengsara. Ada yang beruntung mendapat majikan baik dengan lingkungan kerja
menyenangkan sehingga bisa pulang ke tanah air dengan membawa kabar gembira.
Namun banyak yang menderita, mengalami kekerasan hingga korban pelecehan.
Membaca
buku ini, membuat saya berpikir bahwa menjadi TKI itu tidak mudah. Betapa berat
perjuangan mereka di negeri ini. Berharap banyak yang sadar bahwa mengirim TKI
ke luar negeri tidak semudah mengirim benda mati. Bisnis pengiriman TKI adalah
bisnis besar, hingga para TKI mendapat sebutan pahlawan devisa segala. Mereka butuh jaminan kesejahteraan dan kenyamanan hidup
serta pekerjaan, yang sayangnya sampai sekarang masih belum banyak terealisasi.
Pengangguran di negara kita semakin bmeningkat setiap tahun. Itu juga yang membuat
sebagian rakyat Indonesia begitu mudah tergoda untuk berbondong – bondong berangkat
ke luar negeri, berharap mendapat kehidupan yang lebih baik namun seringnya
tidak dibekali dengan keterampilan yang memadai hingga menjadi problema di sana.
Buku
ini menunjukan sisi lain Arab Saudi selain Mekkah dan Madinah. Memberikan
pandangan kepada kita bahwa tidak selamanya orang Arab Saudi sangat islami seperti Rasululloh dan para sahabat. Kenyataannya bisa
jadi berbeda. Namun dari sini saya jadi tahu, bahwa di negeri Arab pun yang notabene
dikatakan negeri suci, juga tidak selalu terlihat sempurna. Selalu ada sisi
positif dan negatif yang akan selalu mengiringi.
Dikemas
dengan bahasa pitutur yang mengalir dan humoris, membaca buku ini, seperti
ngobrol dengan temannya sendiri. Serasa melihat langsung setiap kisah Valiant di sana. Saya seperti ikut menelusuri
kisah petualangan seorang teman dalam kesehariannya
di negeri Arab. Bahkan saat Valiant
harus mengalami penderitaan di sana, saya merasa ikut merasakan kesulitan dan
kesedihan hidupnya.
Saya
ikut trenyuh saat ada seseorang warga Arab yang mengatakan tentang Indonesia
yang masih menjadi negara miskin kepada Valiant. Di luar dugaan Valiant
menjawab, “Maaf, tapi di negara miskin saya itu, saya lebih banyak tersenyum.
Tak terbeli dengan ribuan riyal. Lagi pula, semua kebusukan negara saya,
Indonesia, ada di negara lain kok. Tapi keindahan Indonesia belum tentu
dimiliki negara lain.” (Vabyo, 426). Buku ini, menjadi salah satu buku
perjalanan seseorang yang saya acungi jempol. Karena saya merasa terlibat dan
serasa menjadi saksi kehidupannya.Di samping itu memiliki sisi – sisi informative
tentang bagaimana Negeri 1001 malam sesungguhnya.