LEWAT SASTRA, PEREMPUAN BICARA : ANTOLOGI CERPEN PEREMPUAN TALI JAGAT
Katanya
cinta itu tanpa syarat
Tapi
kenapa kadang begitu rumit
Bagi wanita,
benarlah..
Mungkin
lebih baik dicintai daripada
Mencintai..
(
Antologi Perempuan Tali Jagat)
Review buku
Judul :
Antologi Cerpen Perempuan Tali Jagat
Penulis :
Nisaul Karimah, dkk.
Penerbit :
Telaga Aksara
Layout : LinkMed Pro Jogja
Ketebalan :
230 halaman
Tahun
terbit : 2019
Kota Terbit : Yogyakarta
Dari
dulu saya suka membaca cerpen. Sekali duduk habislah cerita. Dengan
konflik yang segera tahu penyelesaiannya. Beda dengan novel yang kadang butuh
waktu berhari - hari untuk menaklukkannya. Namun jika sudah membaca sampai flow,
menamatkan satu novel juga jadi pilihan menggoda. Tema perempuan adalah
favorit saya, karena membaca tentang perempuan seperti menelusuri diri sendiri.
Salah
satu kumpulan cerpen favorit saya adalah Antologi Cerpen Perempuan Tali Jagat.
Kumpulan cerpen yang dikemas apik dalam sebuah antologi ini berisi tiga puluh cerpen
tentang perempuan dengan dua puluh delapan penulis. Menariknya karya - karya
ini ditulis oleh para jebolan pesantren. Tentu saja kisah - kisahnya mengandung
unsur perempuan dengan nilai yang sarat makna.
Antologi Cerpen Perempuan Tali Jagat sebenarnya digagas oleh Ning Nisaul Kamilah melalui grup kepenulisan
Halaqoh 1001 Aksara. Lewat kelas menulis inilah lahir para penulis dengan karya
yang mengagumkan. Seperti antologi ini yang menggambarkan ketangguhan perempuan
dalam menghadapi tantangan dan ujian hidup. Penasaran, ini beberapa cuplikannya
:
1. Kisah seorang perempuan yang bertahan dalam
pernikahan, meskipun suaminya hanya sesekali pulang. Ini dilakukan demi Arum,
sang putri tercinta. Dia berharap putrinya bahagia dengan keduanya orang tuanya
yang masih lengkap (Judul : Perempuan Yang Jatuh Cinta Pada Sepi)
2. Kisah cinta dua orang dalam mahligai
perkawinan, namun di tengah jalan ternyata membentang persimpangan gara – gara
mahar (Judul : Petaka Uang Mahar)
3.
Bagaimana jika seorang perempuan di uji dengan pernikahan yang sering porak - poranda.
Beberapa kali membangun pernikahan, namun sang suami selalu mengalami celaka, seperti mitos
di Jawa tentang perempuan bahu lawean yang kerap membawa sial bagi lelaki
yang menikahinya, membuat kita jadi berpikir tentang kebenaran mitos ini. (Judul
: Bahu Laweyan)
4. Tentang perempuan bernama Laksmi, dengan segenap perjuangan
mampu keluar dari sarang prostitusi yang selama ini membelenggunya. (Judul: Laksmi)
5. Sama seperti kisah Roro Jonggrang dan
Bandung Bondowoso, lelaki itu harus menyinggahi 1000 masjid dan membagikan ilmunya sebagai prasyarat menjadi imam
Naura, putri kyainya. Dua puluh lima tahun telah berlalu, masih
sanggupkah Ia menggapainya? (Judul: Masjid ke 1000)
6. Latifah harus patuh pada permintaan orang tuanya, ketika sang kyai melamar menjadi istri kedua karena Bu Nyai belum bisa memberikan penerus
pesantren. Bagaimana Ia menjalani kehidupan barunya yang berawal dari santri hingga menjadi madu Bu Nyai? Apakah Latifah bisa
memberikan keturunan sesuai harapan semua orang? ( Judul: Secangkir Kopi
Terakhir)
7. Kisah pernikahan seorang wanita karier cantik
nan smart yang harus berbagi cinta dengan perempuan lain. Namun endingnya
sungguh di luar dugaan. (Judul: Perempuan Tali Jagat)
Dan
masih banyak lagi cerita dengan nuansa kejawen lainnya seperti Banaspati,
Kembang Bayang, Sinden Kempling, Kembang Kanthil, Jaran Goyang, Sarung Batik Halimah
serta cerpen- cerpen lain yang memberi sudut pandang baru tentang dunia
perempuan.
Buku ini
mendapat banyak testimoni dari penulis senior, diantaranya Isa Alamsyah, Fissilmi
Hamida, Eko Triono. Cerpen- cerpen di dalamnya sangat
luar biasa, alur ceritanya menarik dan membuat saya menjiwai setiap peristiwa
yang di alami para tokoh. Kisah dalam buku ini banyak menonjolkan permasalahan
perempuan, bagaimana perempuan berjuang dan mengaktualisasi diri. Menariknya kisah di
dalamnya terasa sangat kental dengan kearifan lokal Jawa.
Buku ini
saya rekomendasikan buat Anda yang sedang mencari inspirasi tentang eksistensi
perempuan. Buku ini bukan hanya sekedar menuangkan imajinasi melainkan juga
menyampaikan keresahan, aspirasi, gagasan dan suara nurani yang selama ini
belum tersuarakan perempuan dengan lantang. Kumpulan cerpen ini memang
menegaskan tentang keberanian menyuarakan segala permasalahan yang
dihadapi perempuan yang jarang ditemukan di buku lain. Lewat sastra
perempuan bicara, tentang perempuan dan untuk perempuan.