MEMBUMIKAN KEMBALI MAKNA TAKBIR

MEMBUMIKAN KEMBALI MAKNA TAKBIR


Gambar : Viva.co.id

    Bagi umat Islam, dalam sehari terdapat lima waktu penting menghadap Sang Maha Kuasa  yaitu dengan shalat. Shalat sendiri adalah beribadah kepada Allah yang di awali dengan niat, takbiratul ihram dan di akhiri dengan salam. Takbir dalam ritual sholat bukanlah hanya sekedar pujian atas kebesaran Allah SWT. Takbir yang selalu kita ucapkan dalam shalat adalah bentuk pengakuan kita sebagai manusia yang sangat kecil dan rendah bila dibandingkan dengan kebesaran Allah SWT.

          Lafaz takbir di dalam shalat merupakan kesatuan utuh dalam tegaknya tiang agama Islam. Shalat adalah tiang agama Islam, tiang yang kokoh dalam proses penyempurnaan akhlak yang mulia. Lafaz Takbir yang kita ucapkan dalam shalat idealnya akan melahirkan iman yang teguh dan kuat. Berharap akan kebesaran Allah SWT untuk melindungi kita atas perangai diri yang buruk. Mengharap keagungan Allah SWT agar memberikan kebersihan hati, pikiran,mata, telinga, mulut, tangan dan kaki serta organ dalam tubuh kita dari perbuatan dosa dan maksiat.

Namun, kalimat takbir seringkali dianggap sebagai ciri Islam garis keras. Yang sedikit sedikit teriak takbir  disertai orasi yang menggelegar dan memaki kanan kiri. Bahkan di masyarakat barat takbir dikenal akibat para teroris meneriakkannya sebelum menjalankan aksi teror. Tiba tiba kita sering mendapati  dimana ucapan takbir menjadi disalah artikan dan salah penafsiran baik oleh umat Islam maupun oleh non-muslim yang mana pihak muslim berkontribusi besar atas kesalahpahaman ini.

Takbir menjadi sesuatu yang menakutkan atau malah menjadi bahan plesetan. Mari kita kembalikan makna takbir yang sesungguhnya. Takbir itu adalah membesarkan nama Allah, Allah Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Maha besar dari apa ? Dari  alam semesta ini dan segalanya termasuk dari berbagai problem yang kita  dihadapi. Sebesar apapun problem kita, jelas Allah lebih besar dari problem kita.

Allahu Akbar, Allah lebih besar dari segala ucapan yang menghina, untuk menghina agama kita. Allah lebih besar dari segala pembangkangan makhluk di dunia ini. Saat kita memulai shalat dan mengucapkan Allahu Akbar, maka itulah garis pemutus antara kita dan dunia, kita berserah dihadapan Allah lewat ucapan takbir. Kita tinggalkan semua urusan dunia, tak kita pikirkan urusan utang piutang ataupun beban berat kerjaan.

Kita besarkan Allah dengan ucapkan takbir, sebaliknya kita kecilkan diri kita. Siapa yang takbir maka dia tidak punya sifat kibir, alias  takabur. Dia paham sesungguhnya dia tak berarti apa-apa di depan kemahabesaran Allah. Keangkuhan diri musnah seketika bersama ucapan takbir kita. Yang terjadi  sekarang, ucapan takbir dipakai untuk membesarkan diri dan mengecilkan pihak lain. Sehingga merasa berkuasa penuh dan bisa bertindak apapun atas kelompok minoritas.

 Manusia yang sebenarnya sangat kecil, mengapa berani mencoba unjuk kehebatan di depan Sang Khalik, Allah Rabbul'alamin. Allah mengingatkan manusia dalam Alquran surah al-Isra' ayat 37.

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا

 Artinya, "Dan janganlah kamu berjalan di atas bumi ini dengan sombong (arogan), karena sesungguhnya kamu tidak mampu menembus bumi dan tegakmu tidak akan setinggi gunung."

Bila kita menyadari kebesaran Allah dan meresapinya hingga ke lubuk hati, maka kita akan mudah menerima pencerahan rohani. Hati akan menjadi terang benderang, sehingga hidup, umur, waktu, dan seluruh potensi diri yang diberikan Allah akan menjadi indah. Kesadaran itu juga akan menumbuhkan rasa syukur yang mendalam kepada-Nya. Menyadari kebesaran Allah juga akan menumbuhkan sifat dan sikap rendah hati (tawadlu').



Gambar : Islam.co.id

Saat ini, seringkali  ucapan takbir lebih ditujukan kepada mereka yang kita anggap sebagai musuh Allah, ketimbang kita tujukan untuk muhasabah diri kita sendiri, alih -alih kita membesarkan Allah, ucapan takbir justru digunakan untuk mentakbirkan diri kita sendiri.  Seringkali ucapan takbir menjadi menakutkan,  Dipakai untuk melibas yang berbeda, digunakan untuk membenarkan tindakan apapun,  termasuk saat membully  atau memfitnah pihak lain.

Takbir seolah mewakili kemurkaan Allah padahal Allah tidak ada urusannya dengan kemarahan dan ketersinggungan kita. Kata Kyai Haji Mustofa Bisri,  “ Disangkanya kalau kalian marah terus Allah yang Ar-rahman dan Ar-rahim itu juga pasti marah, belum tentu.  Allah Yang Maha Besar itu tidak menakutkan, Allah Yang Maha Besar itu mengayomi  semuanya  dalam kemahabesaranNya. Allah Yang Maha Besar itu memberi hak dan rezeki bahkan kepada mereka yang menentang. Allah Yang Maha Besar itu tidak terhina sedikitpun, jikalau semua penduduk dunia melecehkannya. tidak berkurang kadar keagungannya sedikitpun walau tak satupun yang menyembahnya”.  

Maka barangsiapa yang mengucap takbir, sejatinya dia kan menunduk dan merendahkan dirinya di depan kemahabesaran Allah,  yang mengucapkan takbir dia akan merangkul semua makhluk ciptaan Allah .Yang bertakbir akan mengakui bukan kita yang menentukan nasib sesama kelak di akhirat,  tapi hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Mari kita kembalikan, makna takbir ke makna yang hakiki, agar ucapan takbir tidak  dianggap simbol kekerasan umat atau hanya menjadi guyonan belaka. Ucapan takbir harus diletakkan secara proporsional, agar kita dan  semuanya, sama - sama mengerti makna yang sebenarnya. Siapapun yang bertakbir artinya menyadari dirinya tidak berarti apa-apa dibandingkan KebesaranNya. Kesombongan, menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran akan musnah hilang seketika bersama takbir yang kita ucapkan.

 

Sumber: Youtube Pengajian Nadirsyah Hosen