Review Film: Tilik VS Cream
REVIEW FILM
Judul : Tilik
Pemeran : Siti Fauziah, Brilliana Desy, Angeline Rizky,Dyah Mulani, Gotrek.
Sutradara : Wahyu Agung Prasetyo
Penulis : Bagus Sumartono
Produser : Elena Rosmeisara
Produksi : Ravacana Films
Durasi : 32 menit
Negara : Indonesia
Bahasa
: Jawa
Tilik, sebuah film pendek karya anak bangsa yang mampu menghadirkan
nuansa kental desa dengan segala pernak – perniknya. Film ini menjadi viral
sejak dirilis di Youtube. Kemunculannya menghadirkan pro dan kontra, pasalnya
film ini menunjukkan karakter nyinyir Bu Tejo yang fenomenal. Film yang menceritakan tentang sekumpulan ibuk - ibuk desa
yang berniat menjenguk atau tilik ke Bu Lurah yang sedang sakit
di Rumah Sakit kota. Mereka naik truk yang di sopiri oleh Gotrek.
Cerita
menariknya ada di bagian perjalanan mereka. Dimana di tengah perjalanan mereka
memperbincangkan tentang Dian, pacar Fikri anak Bu Lurah. Menurut info
yang beredar dari internet, Dian bukan wanita baik - baik. Bu Tejo tokoh sentral
di sini, berusaha membeberkan perilaku Si Dian. Namun Yu Ning yang notabene
selalu berpikir positif mencoba untuk menyanggah dan menolak pernyataan Bu
Tejo. Alhasil banyak terjadi perdebatan saat perjalanan mereka. Namun saat tiba
di sana ternyata Bu Lurah masih di dalam ICU belum bisa ditemui. Musnahlah
harapan mereka untuk tilik. Namun sebagai ganti kekecewaan, atas usul Bu
Tejo mereka ganti halauan dan bergembira belanja di Pasar Gedhe. Sementara
kebenaran tentang berita Dian, menjadi ending di film ini, yang tidak tertebak
sama sekali.
Film
ini menggambarkan realitas sosial masyarakat desa. Ya, memang begitu, antar
tetangga yang lain, selalu ada hal yang bisa dijadikan bahan pergunjingan.
Benar atau tidaknya informasi tersebut, tentu menuntut seseorang untuk
menyaringnya terlebih dahulu. Memang seberapa erat seseorang menyimpan rahasia
atas dirinya, akan selalu ada rumor yang bahkan lebih hebat daripada fakta
kebenaran berita itu sendiri. Menurut saya film ini menunjukkan seberapa keras
kita berusaha baik, akan selalu ada guncingan di sekitar kita. Tinggal menunggu
waktu, kapan kita akan tergiur menggunjing bersama mereka, kapan juga kita akan gantian diguncing oleh mereka. Jadi tiap orang perlu memiliki filter sendiri. Satu yang pasti dari film ini saya belajar
untuk tidak mudah gampang percaya dengan
rumor yang beredar, lebih baik kroscek daripada menjadi sebuah prasangka
yang belum tentu kebenarannya.
Meskipun
mendadak gemas dengan sikap nyinyirnya Bu Tejo, namun patut di acungi jempol actingnya, luar biasa. Yang menarik menurut saya, pada bagian adegan di depan
masjid, Bu Tejo memberikan tambahan amplop untuk Gotrek. Sambil meyakinkan Gotrek
tentang kenyataan bahwa keadaan Bu Lurah yang sakit - sakitan dan kasus pacar
anaknya itu menunjukkan ketidakberdayaannya untuk memimpin desanya lagi. Sudah
waktunya mencari pemimpin baru untuk masa depan desanya. Bu Tejo sedikit
menyisipkan pesan walaupun sangat halus untuk mencalonkan suaminya sebagai Pak Lurah baru. Meskipun
itu segera ditepis saat tujuannya terhembus oleh Yu Ning. Dari sini saya
melihat dalam pemberian tidak selalu ada kebaikan, tapi bisa juga memiliki misi
tujuan atau kepentingan.
Secara
keseluruhan film ini luar biasa. Berkat film Tilik ini muncul film - film
pendek lain yang juga ikut viral. Film anak bangsa yang ternyata sangat bagus
dan membanggakan. Sudah saatnya membanggakan film karya Indonesia.
Judul
: Cream
Pemeran :David Firt, Carla Simpson, Christian Webb, Flying Lotus
Sutradara : David Firth
Penulis
: David Firt
Produser : David hirth
Produser : David Firth
Durasi : 10 menit
Negara : Inggris
Bahasa : Inggris
Dr.
Jack Bellifer menemukan krim ajaib dari hasil eksperimennya. Krim yang mampu
membuat wajah cantik, menggenapkan tubuh yang tidak utuh, menduplikat suatu
benda bahkan menghidupkan kematian dan menyembuhkan luka perang. Hebat! Banyak orang tertarik untuk memiliki krim ini.
Siapa sih yang tidak ingin memperbaiki
wajah, fisik atau jawaban dari semua masalah. Yang nyatanya semuanya bisa
diwujudkan dengan krim ini. Krim ajaib menyelesaikan segalanya dengan solusi.
Namun,
krim yang bikin semua hal terpecahkannya ini, menjadi di agung agungkan laksana
Tuhan. Semua orang jadi tergantung dan candu. Gambaran seperti ini juga mirip
dengan realitas di masyarakat kita, saat kita melihat kebaikan pada sesuatu hal menimbulkan kesan hebat, akan ada euforia, di elu elukan hingga menjadi
ketergantungan. Hingga lupa pada realitas diri sendiri.
Kisah
berlanjut, setelah diselidiki lebih
dalam, ternyata tidak semua orang tahu, bahwa krim itu terbuat dari mayat bayi.
Efek krim itu juga bisa membuat seseorang terkena Aids penyakit yang mematikan.
Semua orang geger..benarkah? Gegap gempita pemberitaan dari media ini membuat masyarakat pengguna merasa telah
dibohongi. Terjadi konspirasi. Hingga semua orang takut dan mengecam atas
penipuan ini.
Dari
film ini saya belajar, terkadang kita terlalu percaya dengan suatu hal yang
terkesan mengagumkan hingga tidak melihat kebenaran, lupa tidak riset dan
terlalu mengelu- elukan. Setelah tahu kebenarannya kita merasa tertipu karena
sudah terlampau percaya. Kita merasa dibohongi. Padahal justru kita yang
harusnya intropeksi, kenapa kita tidak berpikir dari awal, mengkaji lebih dini,
hingga tidak gampang percaya.
Jika
dipikir – pikir film ini terlihat seram, karena menusia jadi mendewakan kebendaan/materi.
Padahal sejatinya manusia punya akal yang bisa mengendalikan semuanya. Bukan di
perbudak oleh kebendaan tapi harusnya mengunggulkan logika kemanusiaan. Film
ini bagus sebagai cermin, tentang betapa manusia seringkali lupa untuk
menggunakan akal kemanusiaan sebenar -
benarnya.
#OneDayOnePost
#ODOP
#ODOPCHallenge2
Tema Wajib