MELAWAN POSITIF BERBUAH POSITIF

MELAWAN POSITIF BERBUAH POSITIF

 

            



MELAWAN POSITIF, BERBUAH POSITIF

 

Pandemi memang menyisakan banyak kisah. Tak terbayang berjuta kesan yang di alami. Mulai dari rutinitas sehari - hari yang di jalani berbeda. Hingga merambah pada ekonomi, pendidikan dan semua hal.  Sebagai seorang guru, saya dituntut bagaimana tetap memberikan pengajaran yang menarik bagi siswa meskipun dalam pandemic seperti ini.

Namun semakin hari respon siswa semakin menurun. Nyatanya memang dalam pembelajaran daring tidak semudah yang dibayangkan. Alasan siswa tidak memiliki  kuota ketika ditanya mengapa tidak mengerjakan tugas? Sebenarnya adalah alasan yang masuk akal. Namun beberapa waktu kemarin digelontorkannya bantuan pulsa dari pemerintah  untuk kuota siswa memang seharusnya menjadi pemacu semangat untuk mengerjakan tugas. Seringnya sebagian anak – anak tergoda untuk menggunakannya untuk hal lain. Apalagi ketika ketika kuota habis, meminta orang tua untuk membeli kuota. Saat sudah diisikan ternyata lebih banyak digunakan untuk  atau stalking Instagram. Orang tua yang sudah kasihan membelikan kuota internet, terkadang tidak dibarengi anak – anak untuk menggunakan fasilitas tersebut sebaik – baiknya.

 Dalam kegalauan tersebut, saya pun menghubungi dua guru BP di sekolah. Mencoba untuk curhat juga, kira kira apa yang harus dilakukan seorang guru menghadapi persoalan seperti ini. Dari ngobrol- ngrobol via chat tersebut, Guru BK bertutur, memang sekarang ini keaktifan siswa menurun, ada yang beralasan lupa jika ada tugas, repot di rumah, bepergian bersama keluarga, tidak paham materi tugas sehingga tidak mengerjakan, Namun alasan tertinggi adalah tidak punya kuota.  Kesimpulannya seperti yang diutarakan guru BK, biar bagaimanapun siswa sekarang ini sudah sampai titik jenuh belajar online. Meskipun kejenuhan tidak bisa dibenarkan sepihak alasan karena  gurunya, ketika saat ditanya apakah guru sudah menarik pembelajarannya? Saya rasa semua guru akan berusaha untuk mengatur strategi ini. Tetap mengupayakan bagaimana siswa dapat belajar dengan paham.

Yang jelas kita tahu, ramainya curhatan orang tua di media sosial yang merasakan  ketersiksaan dan terpaksa menemani anak - anak daring hingga membuat pusing. Ataupun banyak yang protes dan merasa tak sanggup lagi menemani buah hati. Sampai – sampai ada yang membunuh anak sendiri. Adalah bentuk kejenuhan para orang tua. Sekarang ini, tidak guru, tidak siswa, bahkan orang tua memang tidak terlepas dari kejenuhan dan sesak emosi setiap hari. Orang tua yang jenuh dengan keseharian anak di rumah yang kadang moody belajar, anak yang jenuh belajar dengan ketidakpahaman materi yang di ajarkan tanpa tatap muka.  Guru yang seringnya juga dibaperi siswa dengan tidak mengumpulkan tugas - tugasnya meskipun telah mengupayakan pembelajaran daring terbaik. Satu hal yang harus digaris bawahi  orang tua, siswa dan guru saat ini  adalah" waktunya komunikasi bersama".

Sudah lama tidak saling mendengarkan. Antara guru dengan orang tua dan sebaliknya. Antara siswa dan orang tua, maupun siswa dengan gurunya. Siswa juga harus di ajak bicara apa maunya, bagaimana pembelajaran selama ini? Apakah dia nyaman dengan gurunya? Apa yang dirasakan? Apakah orang tua mendukung suasana belajar di rumah. Hal – hal seperti ini yang bisa memotivasi siswa kembali untuk belajar. Saatnya membuka ruang - ruang komunikasi meskipun lewat media maya. Karena kita tidak mungkin saling mengerti dengan sama sama mendiamkan diri tanpa adanya pemahaman dari hati ke hati.  Biar bagaimanapun terkadang sikap guru yang sering memarahi atau menasehati siswa karena tidak mengirim tugas adalah bentuk perhatian agar siswa mampu belajar dengan baik dan disiplin.

Selain tantangan dalam mengajar daring. Ada hal yang menarik selama pandemic ini. Yaitu rencana Tuhan yang tidak saya sangka sebelumnya. Pengalaman ini tentu menjadi surprise tersendiri bagi saya. Pengalaman ini bermula saat saya harus menunailan tugas literasi sesaat sebelum pandemi merajalela di Indonesia.

Masih teringat, Kamis 12 Maret 2020 saya menjalankan tugas ke Solo. Menghadiri suatu acara bersama  teman - teman dan mampir ke pasar Klewer. Sempat ada was - was saat itu, gegara memang sudah mulai bermunculan berita tentang covid 19. Namun saat itu saya melihat sekeliling masih aman- aman saja. Bahkan saat di Solo pun, orang-orang masih menjalankan aktifitas seperti biasa.

             Tepat sehari setelah pulang dari Solo. Tanggal 13 Maret 20202 Walikota Solo membuat kebijakan meliburkan sekolah untuk isolasi di rumah, demi memutus rantai penyebaran virus Corona. Dikarenakan ada warga Solo yang positif terinfeksi covid 19. Selanjutnya langkah walikota ini diikuti PSBB oleh beberapa kota-kota di Indonesia

Seminggu setelah itu, saya merasa badan tidak enak. Panas tinggi, tenggorokan sakit dan sesak. saya segera meminta suami untuk menemani memeriksa ke RSUD Nganjuk. Karena saat itu di Nganjuk masih proses persiapan isolasi . Saya diminta periksa ke RS dokter Iskak di Tulungagung. Saya melewati serangkaian pemeriksaan, mulai dari skrining badan dan cek darah. Setelah menanti sampai tengah malam, dokter memberi tahu bahwa hasil tes reaktif. Saya diperbolehkan pulang dan harus isolasi dua minggu dirumah. Alhamdulillah saya bersyukur banget. Sejak itu saya mulai olahraga, berjemur dan makan makanan yang bergizi. Menerapkan pola hidup sehat.

Sebulan kemudian saya kembali sakit, badan lemas. saya kembali ketakutan. Jangan-jangan saya terkena imbas virus kembali. Padahal selama ini saya benar-benar berusaha untuk hidup sehat. Bermasker, cuci tangan hingga menjaga jarak. Namun saya heran , kenapa saya belum juga menstruasi. Akhirnya saya taspek. Alhamdulillah, ternyata positif. Dua garis merah terpampang di sana. Bukan positif Corona tapi positif hamil. Ternyata usaha untuk sehat selama ini membuat badan menjadi lebih kuat. Hingga akhirnya badan menjadi siap untuk hamil. Padahal bertahun tahun saya mengikuti program hamil. Alhamdulillah delapan tahun penantian,  akhirnya tahun ini Tuhan mengabulkan.

Menjaga imun selama pandemi, apalagi mengetahui ada janin yang selama ini sudah dinantikan, menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Otomatis saya lebih waspada dan lebih menjaga. Hal - hal yang saya lakukan selama menjalani pembelajaran dan menjaga kehamilan:

1. Mematuhi protokoler kesehatan melalui 3 M.

Sebisa mungkin saya berusaha untuk selalu Menjaga jarak, Memakai Masker dan Mencuci tangan sesering mungkin.

2. Mengurangi kegiatan di luar.

Beruntung di masa pandemi ini sebagai guru diberi kebijakan untuk mengajar daring rumah. Jadi saya optimalkan sekali kesempatan ini. Sembari mengajar sembari istirahat dirumah. Apalagi ditrimeater pertama harus adaptasi dengan morning sick.

3. Meningkatkan imun tubuh.

Dahulu sebelum mengetahui jika hamil, saya berusaha untuk makan 3 kali sehari dengan menu sehat. Minum air putih yang banyak, berolahraga dan berjemur di pagi hari. Sekarang porsi itu saya tambah, namun untuk olahraga sesekali saya kurangi. Karena menyesuaikan dengan kesanggupan badan.

3. Berpikir positif

Selalu menanamkan pikiran pada diri sendiri bahwa saya sehat, bayi sehat, dan keluarga semua sehat. Agar saya merasa nyaman dengan kondisi ini. Ternyata pikiran positif mampu menepis pikiran pikiran buruk yang kadang menggoda. Terkadang merasa takut jika tertular, namun segera saya tepis dan berpikir bahwa semuanya akan baik baik saja.

4. Selalu bersyukur dan berdoa

Ini adalah hal utama yang selalu saya lakukan. Mendekati Tuhan. Bersyukur untuk semua hal yang diberikan dan selalu berdoa. Memohon agar Tuhan mberi jalan agar semuanya sehat dan kuat.

Itulah hal - hal yang saya lakukan. Agar tetap survive, menjalani kehamilan selama pandemi. Di samping juga tetap menjalani daring untuk pengajaran siswa. Semoga pandemi segera berlalu. Selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Selalu ada momentum yang tepat yang diberikan Tuhan dalam setiap skenario kehidupan manusia. Dibalik pandemi ada kisah tersendiri. Melawan positif berbuah positif.


#OneDayOnePost

#ODOP

#ODOPCHallenge9

Tema Wajib