MENULIS KARYA NON FIKSI SESUAI KARAKTER
Mengikuti
berbagai ragam komunitas belajar online di era pandemic memang menjadi salah
satu hal yang menarik. Pasalnya berdiam diri di rumah saja tanpa menambah
pengetahuan malah bisa meningkatkan kejenuhan dan mengurangi imun tubuh.
Bagaimana tidak, hari – hari menjadi lebih membosankan. Dengan belajar online
dari rumah selain bisa menghindari berkerumun juga menambah gizi otak selama pandemic.
Nah,
salah satu komunitas dengan diskusi online yang saya ikuti adalah Komunitas
pegiat Literasi Nganjuk atau di sebut dengan Kopling. Tepat tanggal 8 November
2020, Kopling mengadakan kuliah Whatshap ( Kulwap) tentang bagaimana menulis
artikel non fiksi sesuai denan karakter penulis. Kebetulan narasumbernya keren
sekali. Yaitu seorang blogger, penulis dan penguasaha biker yaitu Mbak Denik.
Mbak Denik ini memiliki segudang
prestasi, di antaranya Penulis terpilih dalam Bimtek Penulis Sejarah
Kemendikbud 2016, Juara Lomba Blog Ramah Difabel, Artikel terpilih dalam
Gramedia Blogger Competition tentang kebudayaan, Juara Lomba Fiksi Mini
Kompasiana, Juara Lomba Artikel Piala
Oscar di Kompasiana, Juara Lomba Cerita Hari Kasih Sayang di Kompasiana dan Penulis
Terpilih Untuk Tim Riset Sejarah Kota Tangerang. Buku yang pernah ditulis
diantaranya Buku solo: Ketika Srikandi Bersepeda, Bersepeda ke Hatinya dan Buku
Duet: Backpacker With Kebaya.
Sebelum
berbicara tentang karya tulis non fiksi kita pahami dulu apa sih sebenarnya apa
itu tulisan non fiksi? Menurut KBBI semua tentang fakta dan kejadian nyata. Jadi
tulisan non fiksi tulis yang berdasarkan kenyataan yang ada. Intinya karya yang
bukan mengada – ada tapi berdasarkan pengamatan yang sering kali disertai
dengan riset. Tulisan non fiksi itu sifatnya informatif.
Apa
aja sih yang termasuk tulisan non fiksi itu? Contohnya laporan, karya ilmiah,
esai, biografi, ensiklopedia, sejarah, artikel, opini, feature termasuk juga
cerita perjalanan. Kemudian bagaimana menentukan yang sesuai karakter kita? Dalam
hal ini tentu harus tahu dulu apa maunya penulis? Apa yang disukai penulis? Nantinya
bisa jadi artikel. Nah, di artikel. Kategorinya banyak. Untuk yang keinginannya
banyak cocok nih menulis artikel.Kategorinya ada hiburan, olahraga, politik,
teknologi, wisata, humaniora, gaya hidup dan lainnya. Masing-masing kategori
masih ada pembagiannya lagi. Wisata meliputi kuliner dan travel. Humaniora
meliputi bahasa, sosial budaya. Gaya hidup meliputi fashion, hobi dan lainnya.
Berbicara
karya non fiksi, beberapa orang masih sulit membedakan antara dua hal ini. Apa
sih beda artikel dan opini? Nah untuk artikel lebih mengajak pembaca untuk
memahami suatu pokok permasalahan. Sedangkan opini memberi masukan dan
rekomendasi. Beda lagi dengan esai. Menurut KBBI esay adalah keterangan yang
membahas suatu masalah secara pintas lalu dari sudut pandang pribadi penulis.
(KBBI 1998:236). Sifatnya lebih subyektif. Contoh esai Tulisan Raden Ajeng Kartini itu sumber
inspirasi menulis esai.
Menulis
karya non fiksi memang tidak langsung jadi dan instan langsung bagus. Butuh
istikomah. Cara Istikomahnya melalui proses. Waktu yang nantinya akan
menggiring kita menuju suatu titik. Jadi jangan takut menulis non fiksi, mengalir
saja. Ikuti kata hati ketika menulis. Ketika mentok. Jangan dibuang atau
dihapus. Biarkan tersimpan. Ganti menulis yang lain. Suatu saat pasti berguna.
Untuk
membentuk kebiasaan menulis memang harus diniatkan. Misal, “ Saya ingin menulis
cerita perjalanan. Tekuni. Ke depannya akan menjadi jati diri. Seperti
Agustinus Wibowo, atau Trinity. Sebagai seorang penulis yang terpenting lalapan
bacaan dan wawasannya harus luas. Maka usahakan untuk anyak membaca untuk meningkatkan
pengetahuan dan gagasan.