ASYIKNYA MENULIS CERITA ANAK

ASYIKNYA MENULIS CERITA ANAK

menulis cerita anak



Serba- serbi Menulis Cerita Anak

Dulu sewaktu kecil, Ibu  sering mendongengkan tentang cerita – cerita anak sebelum  tidur. Salah satunya adalah cerita Ande- Ande Lumut. Ternyata kisah – kisah itu membekas hingga saya dewasa.  Hingga terbersit ingin menulis cerita anak sebagai pengingat seperti ibu saya.  Kalau dulu ibu mendongengkan cerita, maka saya ingin menulis cerita. Agar nantinya bisa dibaca oleh semua anak. Termasuk buah hati saya sendiri.

Selama masa pembelajaran daring, saya yang selama ini juga menjadi salah satu pengajar tingkat SD dan SLTP memiliki waktu yang lebih longgar dari biasanya. Hingga saya bisa mengikuti kelas menulis di komunitas menulis cerita anak. Sya pikir membuat cerita anak mudah. Ternyata malah lebih sulit. Karena saya harus belajar bagaimana mengungkapkan cerita dengan bahasa sederhana sehingga dengan mudah dapat diterima anak. Jika sehari – hari suka menulis opini, maka mencoba menulis cerita anak membawa tantangan tersendiri.

Nah, kali ini saya akan mencoba berbagi informasi tentang bagaimana asyiknya menulis cerita anak dari kelas menulis bersama Coach Ririn Astutiningrum. 

Cernak adalah kependekan dari cerita anak. Bedanya dengan cergam adalah teks pada cernak lebih banyak dan gambarnya lebih sedikit. Jika pada cergam selalu disertakan gambar pada setiap teks, maka pada cernak ketentuan tersebut tidak diharuskan. 

Ada beberapa kategori usia pembaca cernak. Umumnya yaitu usia 2-4 tahun (balita), 4-7 tahun, dan 8-10 tahun. Apakah usia target pembaca memengaruhi cara penulisan cernak? Tentu saja. Bahasa yang kita gunakan untuk pembaca balita tentu berbeda dengan pembaca berusia lebih besar. Begitu juga dengan jumlah halaman. Biasanya, jumlah halaman standar untuk kumpulan cerpen anak adalah 40-60 halaman A4 TNR 12 spasi 1,5 dengan panjang setiap cernak 3-5 halaman. Tapi, jumlah halaman tersebut tidak wajib ya hukumnya. Jadi, kita bisa memodifikasi jumlah halaman sesuai dengan kebutuhan.Peletakan gambar kita sesuaikan dengan kebutuhan alias tidak harus ada gambar pada setiap halaman. Sebaiknya, gambar disesuaikan dengan adegan yang paling dramatis dari cerita.

Siapakah yang bisa dijadikan tokoh dalam cernak? Manusia, binatang, tumbuhan, benda-benda. Masukkan tokoh secukupnya saja, tidak perlu berlebihan. Misalkan cerita sudah bisa tersampaikan dengan satu atau dua tokoh saja, tidak masalah. Untuk alur maju, alur mundur, atau kombinasi keduanya.

Alur maju artinya cerita mengalir dari awal sampai akhir secara berurutan. Alur mundur artinya cerita dimulai dari akhir cerita lalu berbalik ke depan. Untuk target pembaca pre-school sampai dengan SD kelas rendah, sebaiknya gunakan alur maju. Untuk target pembaa lebih besar, dapat menggunakan alur mundur atau kombinasi.


Bagaimanakah langkah-langkah yang kita lakukan untuk menulis cernak?


1. Sebelum menulis, tentukan dulu pesan apakah yang hendak kita sampaikan. Apakah kita hendak memberitahu pembaca bahwa mencuri itu tidak baik, tidak mencuci tangan sebelum tidur itu jorok, tidak melaksanakan salat itu berdosa, dan lain sebagainya. Setelah pesan yang ingin kita sampaikan sudah fix, barulah memikirkan jalan ceritanya.

2. Pikirkanlah jalan cerita secara keseluruhan. Sekali lagi, pikirkanlah dulu, jangan keburu menulis. Rancang dulu dalam pikiran akan seperti apakah kisah yang akan kita tulis. Sebelum Anda selesai menyusun jalan cerita dari awal sampai akhir, jangan mulai menulis dulu sebab akan rawan writer block (macet nulis karena ide mentok).

3. Jika rancangan jalan cerita sudah tersusun rapi dalam pikiran, tuangkan kerangka cerita tersebut ke dalam tulisan (outline). Outline cernak setidaknya mengandung tiga unsur yaitu pengenalan tokoh, konflik, dan ending.

Bahasa yang sederhana, hindari pemakaian kata-kata kasar atau berbau SARA, hindari diksi-diksi yang terlalu berat atau mendayu-dayu. Agar lebih mudah memilih kosakata yang tepat untuk anak, banyak-banyaklah berkomunikasi dengan anak-anak. Masuklah dalam dunia anak-anak dan perhatikan bagaimana polah tingkah mereka. Misalnya anak-anak sedang berkumpul, dengarkan apa yang mereka bicarakan, perhatikan pula bagaimana bahasa yang mereka pergunakan.


Darimana ide untuk menulis cernak?


Banyak sekali sumber ide di sekitar kita yang berasal dari aktivitas anak. Misalnya saja kita melihat anak yang bertengkar, coba cari tahu mengapa mereka bertengkar. Hal semacam itu bisa kita jadikan cernak dengan pesan moral : rukunlah dengan teman. Misalnya saja kita melihat anak yang malas bangun pagi lalu terlambat ke sekolah, maka itu bisa kita jadikan cernak dengan pesan moral: jangan malas bangun pagi dan  lain sebagainya.


Menulis cerita anak-2

Cerita anak VS Dongeng

Apakah sama cernak dan dongeng? 

Hampir sama dengan cerita anak, hanya saja terdapat unsur imajinatif/khayalan yang biasanya diceritakan dari generasi ke generasi. Dongeng terdiri dari beberapa jenis yaitu:

1. Sage 

Sage adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, kesaktian seseorang, kepahlawanan, keajaiban, dan lain sebagainya. Contoh sage adalah kisah Ciung Wanara, Air Langga, Calon Arang, dan lain sebagainya.

2. Mite 

Mite adalah cerita lama yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat tertentu. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mite adalah cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal yang ajaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa.

Contoh mite adalah kisah Nyi Roro Kidul, kisah Dewi Sri, dan lain-lain.

3. Legenda 

Legenda adalah yaitu cerita lama yang berhubungan dengan peristiwa sejarah, demikianlah pengertian menurut KBBI. Biasanya, legenda dianggap sebagai cerita yang benar-benar pernah terjadi, namun tidak dianggap sesakral mite.

Contoh legenda adalah Sangkuriang, legenda Batu Menangis, legenda Keong Mas, legenda Timun Mas, dan lain sebagainya.

4. Fabel

Fabel adalah dongeng yang diperankan oleh para binatang. Contoh fabel adalah kisah Si Kancil dan Buaya, kisah Semut dan Gajah, dan lain sebagainya. 

Bagaimana cara menulis dongeng?

Cara menulis dongeng sama dengan menulis cernak realis. Hanya saja, tokoh  dan setting-nya bersifat imajinatif/khayalan. Jika kita ingin menulis mite, legenda, atau sage, kita dapat menuliskan kembali kisah yang sudah ada dengan bahasa kita sendiri. Sedangkan untuk dongeng bebas, kita bisa berkreasi dengan imajinasi kita sendiri tanpa terikat dengan kisah-kisah yang sudah ada.

Jika hendak menulis dongeng, berikut ini langkah yang kita lakukan:

1. Tentukan dulu jenis dongeng yang hendak kita tulis

2. Tentukan tokoh dan setting

3. Membuat outline cerita (pada tahap, ini sekalian tentukan pembukaan, konflik, dan ending  cerita, berikut alur yang kita gunakan)

4. Penulisan naskah

5. Jangan lupa pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca, baik pesan tersurat maupun tersirat.

Nah, itulah ilmu yang saya dapat saat belajar menulis cerita anak bersama kelas menulis yang di bimbing oleh Ririn Astutiningrum. Untuk mengetahui juga bagaimana menulis karya narasi atau cerpen yang menarik bisa mengunjungi langkah menulis cerpen menarik.html. Karya dari hasil belajar bersama teman – teman diterbitkan bersama menjadi buku kumpulan dongeng penguat karakter mulia. Dengan judul Kisah Pembawa Garam dan Kapas. 



Hasil belajar bersama Ririn Astutiningrum